I.
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Praktikum
yang melibatkan mikroba atau bahan-bahan kimia sebagai bahan eksperimen tentu
harus diawali dengan yang namanya sterilisasi. Sterilisasi biasa
dilakukan baik pada peralatan-peralatan maupun bahan-bahan yang akan digunakan
dalam praktikum khususnya mikrobiologi. Sterilisasi dalam mikrobiologi
merupakan suatu cara atau usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan
dari segala macam bentuk kehidupan terutama mikroba agar tidak terkontaminasi
dengan bahan lain atau mikroba yang tidak diinginkan. Sterilisasi perlu
dilakukan agar dalam praktikum hanya biakan murni saja yang ada tanpa
kontaminasi mikroorganisme lain. Biakan murni adalah biakan yang hanya terdapat
satu spesies mikroba atau hasil perbanyakan akan satu sel mikroba.
Biakan
murni dapat dibuat, medium harus steril sebelum inokulasi, yaitu kita harus
yakin bahwa tidak ada organisme hidup berada dalam medium jika di inokulasi.
Metode yang lazim digunakan untuk mensterilkan media adalah menempatkan dalam
autoklaf. Autoklaf menggunakan uap bertekanan untuk menaikkan suhu barang yang
disterilkan sampai suatu taraf yang mematikan semua bentuk kehidupan. Untuk
sterilisasi rutin, autoklaf biasanya dioprasikan pada tekanan uap 15 lb/in2.
Pada tekanan ini suhu menjadi 121oC, waktu yang diperlukan pada suhu
ini adalah 15 menit untuk sterilisasi bahan dan 20 menit untuk sterilisasi
peralatan-peralatan, apabila medium berukuran besar disterilkan maka waktu yang
diperlukan akan lebih panjang, karena panas memerlukan waktu untuk menembus
bahan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum mengenai
Berbagai Teknik Sterilisasi yang bertujuan untuk mengetahui cara sterilisasi
dan apa saja yang dilakukan dalam sterilisasi.
Makhluk hidup
yang ada di bumi tidak hanya terdiri dari makhluk hidup yang dapat dilihat oleh
mata telanjang, tetapi ada juga mikroorganisme yang berukuran kecil dan hanya
dapat dilihat dengan menggunakan teknik dan peralatan khusus. Mikroorganisme (
jasad renik) merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil.
Mikroorganisme mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak
langsung yang bisa berperan sebagai kawan maupun lawan bagi kehidupan manusia.
Mikroorganisme juga merupakan makhluk hidup, untuk memeliharannya dibutuhkan
medium yang harus mengandung semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya
antara lain senyawa –senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan
mineral)
Mikroorganisme
dapat berkembang biak secara alami atau dengan campur
tangan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia di antaranya
melalui pertumbuhan menggunakan media. Pada pembuatan media ini,
haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang diperlukan oleh bakteri dan
juga keadaan lingkungan fisik yang dapat menyediakan kondisi
optimum bagi pertumbuhannya.
Pembiakan
mikroba secara buatan memerlukan media pertumbuhan untuk menjadi tempat tumbuh
dan penyedia nutrien bagi mikroba. Media pertumbuhan terdiri dari
garam organik, sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Pembuatan
media ini dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan
senyawa kompleks lainnya.
Alat-alat yang digunakan dalam perkembangbiakan inipun harus
ditsterilisasikan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada
organisme lain yang tidak diinginkan tumbuh dalam media tersebut sehingga dapat
menghambat pertumbuhan miikroorganisme yang akan dibiakkan dalam media
tersebut.
1.2
MAKSUD
DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini, yaitu :
1.
Mengenal
persiapan dan pengerjaan teknik sterilisasi alat, bahan dan area kerja untuk
pengerjaan mikrobiologi secara aseptis
2.
Mengetahui
prosedur pembuatan Medium tumbuh Bakteri
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Sterilisasi adalah suatu proses di mana
kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan alat ataupun bahan dari berbagai macam
mikroorganisme. Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari
mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatif
maupun bentuk nonvegetatif (spora) (Subaghdja, 2010).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk
membunuh semua jasad renik yang ada, jika ditumbuhkan di dalam suatu medium
tidak ada jasad renik yang dapat berkembang baik. Sterilisasi harus dapat
membunuh renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz,1992).
Adanya pertumbuhan mikroorganisme
menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya
proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri
yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan
(Lay dan Hatowo, 1992).
Pemilihan cara sterilisasi didasarkan pada sifat
bahan yang akan disterilkan. Cara sterilisasi yang umum digunakan secara rutin
di laboratorium Mikrobiologi ialah dengan pemanasan. Bila panas digunakan
bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab, bila tanpa
kelembaban disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering (Ammi, dkk.,
2013).
Menurut Ratna (1993), berikut ini adalah jenis proses sterilisasi:
a.
Sterilisasi basah
atau sterilisasi panas lembab
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau
sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunakan air
jenuh bertekanan pada suhu 121oC selama 15 menit. Maka sterilisasi
basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap
air (misalnya minyak) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar
antara 110oC dan 121oC. Bahan-bahan yang biasanya
disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan yang umum, air suling,
peralatan laboratorium, biakan yang dibuang, medium yang tercemar, dan
bahan-bahan dari karet.
Ada 4 hal utama
yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah:
1.
Sterilisasi
bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang
sterilisator;
2.
Semua bagian bahan
yang disterilkan harus terkena uap, karena itu tabung dan labu kosong harus
diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak terperangkap di dasarnya;
3.
Bahan-bahan yang
berpori atau yang berbentuk cair harus permeabel terhadap uap;
4.
Suhu sebagaimana
yang terukur oleh termometer harus mencapai 121oC dan dipertahankan
setinggi itu selama 15 menit.
b.
Sterilisasi kering
Sterilisasi kering atau sterilisasi panas
kering dapat diterapkan dengan cara pemanasan langung sampai merah, meayangkan
di atas nyala api, pembakaran dan sterilisasi dengan udara panas (oven).
Pemanasan kering sering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas di
laboratorium.
Dalam sterilisasi panas kering, bahan yang sering disterilkan
adalah pipet, tabung reaksi, cawan petri dari kaca, dan barang-barang pecah
belah lainnya. Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan cara
membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah
kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven.
Sebelum melakukan sterilisasi udara panas kering
ini terlebih dahulu membungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau
aluminium foil, setelah itu atur pengatur suhu oven menjadi 160oC
dan alat disterilkan selama 2 jam.
Menurut Ratna (1993), berikut adalah tabel daftar suhu dan
waktu yang biasa digunakan untuk sterilisasi panas kering dengan oven:
Suhu (oC)
|
Waktu (jam)
|
170
|
1,0
|
160
|
2,0
|
150
|
2,5
|
140
|
3,0
|
c.
Sterilisasi uap
Uap panas pada suhu 100oC dapat
digunakan dalam bentuk uap mengalir. Metode ini mempunyai keterbatasan.
Penggunaan uap mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk
mensterilkan media kultur. Metode ini jarang memuaskan untuk larutan yang
mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal tumbuh di bawah kondisi ini,
karena bentuk vegetatif dari kebanyakan bakteri tidak membentuk spora.
Temperatur suhu titik mati bervariasi, tetapi tidak ada bentuk non spora yang
bertahan. Dalam prakteknya, suatu perpanjangan pemaparan uap selama 20-60 menit
akan membunuh semua bentuk vegetatif bakteri tapi tidak akan menghancurkan
spora. Untuk meyakinkan penghancuran spora, dilakukan sterilisasi bertingkat.
Proses ii dilakukan dengan waktu yang bervariasi, dari 20-60 menit setiap hari
selama 3 hari. Setiap hari setelah sterilisasi bahan disimpan pada inkubator
pada 37oC. Prinsip dari metode ini adalah pada saat pemaparan
pertama, uap membunuh bakteri vegetatif tapi tidak sporanya. Tapi pada saat
bahan disimpan pada inkubator atau pada suhu ruangan selama 24 jam, spora akan
tumbuh ke dalam bentuk vegetatif. Spora yang telah tumbuh ini akan dimatikan
pada pemanasan hari ke dua. Kesuksesan dari proses ini tergantung pada spora
yang berkembang ke bentuk vegetatif selama masa istirahat.
d.
Penyaringan
(filtrasi)
Penyaringan telah banyak digunakan untuk
mensterilkan medium laboratorium dan larutan yang dapat mengalami kerusakan
jika dipanaskan. Penyaringan dengan ukuran pori-pori 0,45 mikron atau kurang
akan menghilangkan jasad renik yang terdapat di dalam larutan tersebut.
Penyaring yang banyak digunakan terbuat dari gelas sinter, selulsa dan asbestos
atau penyaring Seitz. Pori-pori dari penyaring tersebut berkiras antara 0,22
sampai 10 mikron. Pori-pori yang lebih kasar biasanya digunakan untuk
penjernihan sebelum digunakan pori-pori yang lebih halus, sehingga tidak
terjadi penyumbatan. Penyaring yang biasa digunakan untuk bakteri tidak dapat
menahan atau menyaring virus atau mikoplasma.
Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini
adalah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin, bakteri, medium sintetik
tertentu, dan antibiotik.
Ada beberapa macam
filter, yaitu:
1.
Filter Swinny
Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai
adaptor khusus yaitu terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan layer dan
pencuci. Keutamaan untuk digunakan filter swinny dibungkus dengan kertas dan
autoklaf. Bagian yang dipotong dihubungkan pada spoit werlock dan cairan
dimasukkan ke potongan asbes dengan menggunakan tekanan pada sal spoit.
2.
Filter
Fritted-Glass
Permeabilitas dari
filter berbanding lurus dengan ukurannya. Setelah potongan dibentuk, potongan
disegel dengan pemanasan di dalam gelas pirex seperti corong buhcner.
3.
Filter Berkefeld
dan Mandler
Mandler terbuat
dari tanah silika murni, asbestos dan kalium sulfat. Berkefeld juga tersusun
dari tanah silika murni. Masing-masing filter bermuatan negatif.
4.
Filter Selas
Filter ini secara
kimia bersifat resisten terhadap semua larutan yang tidak menyerang silika.
5.
Filter
Candles-Pasteur-Chamberland
Terbuat dari pori porselen tak berkaca dengan pori kecil yang
menghasilkan filtrasi lambat.
e.
Sterilisasi dengan
desinfektan
Desinfektan adalah zat yang dapat membunuh
bakteri. Senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai esinfektan antara lain:
larutan AgNO3, CuSO4, HgCl2, ZnO, serta
alkohol dan campurannya. Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-garam, logam, fenol, dan
senyawa-senyawa lain yang sejenis, formaldehida,yodium, alkohol, klor, zat
warna, detergen, sulfonamida, dan antibiotik. Umumnya bakteri yang muda kurang
daya tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua. Kepekatan,
konsentrasi dan lamanya berada di bawah pengaruh desinfetan merupkan
faktor-faktor yang berperan dalam sterilisasi jenis ini.
f.
Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk
membnih mikroorganisme dan sporanya. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan
untuk sterilisasi gas adalah etilena oksida, asam parasetat, formaldehida dan
glutaraldehida alkalin. Cara ini diterapkan pada suhu kamar selama 2-18 jam
tergantung pada bahan kimianya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dapat
sterilisasi gas antara lain:
1)
Lamanya waktu yang
diperlukan sesudah perlakuan untuk menghilangkan semua sisa bahan kimia yang
digunakan;
2)
Daya bahan bakar
yang bersangkutan;
3)
Persyaratan
peralatan;
4)
Biaya pelaksanaan.
g.
Sterilisasi dengan
radiasi
Sterilisasi dengan radiasi dapat dilakukan
dengan sinar gamma (sinar UV kadang juga digunakan tetapi tidak begitu baik
karena daya tembusnya lemah) namun penggunaannya terbatas karena menuntut
persyaratan keamanan dan biaya tinggi.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan
untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai
susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan.
Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang
hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber karbon organik seperti gula.
Sedangkan mikroorganisme lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks
yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya (Volk,1993).
Media
adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna
untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat
dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan
sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka
medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain:
- harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba,
- harus mempunyai tekanan osmosis,
- tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh,
- tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba,
- harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Sutedjo, 1991).
Saat ini
media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk
dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai
penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk koloni
bakteri dan warna-warninya mudah sekali dikenali dengan media ini dengan cara
mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator. Komposisi media bakteri
dapat dimodifikasi sehingga dapat digolongkan menjadi media umum, media
selektif (bakteri tertentu saja yang dapat tumbuh) dan media diferensial
(bakteri tumbuh dengan memberikan ciri-ciri tertentu) (Achmad, 2007).
Agar-agar,
gelatin atau gel silika merupakan bahan untuk membuat medium menjadi padat.
Namun, yang paling umum digunakan adalah agar-agar. Meskipun bahan utama
agar-agar adalah gelatin, yaitu suatu kompleks karbohidrat yang diekstraksi
dari alga marin genus Gelidium, namun sebagian besar mikroorganisme tidak dapat
menggunakannya sebagai makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya sebagai
pemadat (Hadioetomo, 1993).
Media dapat
digolongkan berdasarkan bentuk, susunan kimianya, dan fungsinya. Berdasarkan
bentuknya terdiri dari media padat, media semi padat, dan media cair. Bahan
makanan yang dbutuhkan mikroorganisme dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air,
sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor
tumbuh, dan sumber nitrogen (Pujiati, 2012).
Menurut Pelczar (1996), klasifikasi medium
berdasarkan fungsinya digolongkan menjadi 7 golongan, yaitu:
1.
Medium
umum, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan yang bertujuan menstimulasi
pertumbuhan mikroba secara umum. Contoh: Nutrien Agar (NA) untuk menstimulasi
pertumbuhan bakteri, Potato Dextose Agar (PDA) untuk menstimulasi pertumbuhan
fungi.
2.
Medium
khusus, merupakan medium untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba dan kemampuannya
untuk mengadakan perubahan-perubahan kimia tertentu. Contoh: medium tetes tebu
untuk Saccharomyces cerevisiae.
3.
Media
diperkaya (enrichment media), merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan
tertentu untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Hal ini
dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang jumlahnya sedikit dalam
suatu campuran berbagai mikroba. Contoh: Chocolatemedia dan
Yeast-Extract-poptasium Nitrat Agar.
4.
Media
selektif, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu yang akan
menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan yang ada dalam suatu
spesimen. Inhibitor yang digunakan berupa antibiotik, garam dan bahan-bahan
kimia lainnya.
5.
Media
differensial, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan kimia atau reagensia
tertentu yang menyebabkan mikroba yang tumbuh memperlihatkan
perubahan-perubahan spesifik sehingga dapat dibedakan dengan jenis lainnya.
6.
Medium
penguji (Assay medium), merupakan medium dengan susunan ertentu yang digunakan
untuk pengujian senyawa-senyawa tertentu dengan bantuan bakteri. Contoh: medium
untuk menguji vitamin-vitamin, antibiotik, dan lain-lain.
7.
Medium
perhitungan jumlah mikroba yaitu medium spesifik yang digunakan untuk
menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan. Contoh: medium untuk menghitung
jumlah bakteri E. Coli air sumur.
Medium harus
mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan
mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul
yang kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk
hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Label,
2008)
NA (Nutrien Agar) adalah medium yang digunakan sebagai media pertumbuhan
bakteri. Nutrient agar adalah medium yang
diklasifikasikan sebagai medium sintetik terstruktur karena tersusun oleh
komponen yang pasti jenis dan kuantitasnya. NA di buat dengan komposisi agar–agar
yang sudah dipadatkan sehingga NA juga bisa disebut sebagai nutrisi padat yang
digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi agar–agar hanya sebagai pengental
namun bukan zat makanan pada bakteri, agar dapat mudah menjadi padat pada suhu
tertentu. Medium Nutrient Agar adalah salah satu medium padat yang
memiliki komposisi yaitu agar–agar yang telah di panaskan dan mencair dengan
suhu 950C (Sandra, 2013).
III.
METODOLOGI
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Percobaan ini dilakukan pada hari Selasa,
tanggal 11 April 2017, pukul 10.00 WIB sampai selesai, bertempat di
laboratorium biologi FATETA UNJA.
3.2 ALAT DAN BAHAN
Adapun
alat dan bahan yang diperlukan selama proses praktikum pembuatan Medium NA ini,
dengan peralatan yang diperlukan anatara lain :
A.
ALAT
1.
12 Erlenmeyer 250 ml, 10 erlenmeyer
500 ml
2.
Bunsen
3.
Hot plate
4.
Stirrer
5.
3 Batang pengaduk
6.
50 Cawan petri
7.
40 Tabung reaksi
8.
3 Rak tabung reaksi
9.
Autoklaf
10. Oven
11. 3 Pipet volumterik
12. Botol semprot alcohol
B.
BAHAN
1.
Aquades
2.
NA (Nutrient Agar)
3.
Kapas
4.
Alumunium foil
5.
Plastic wrap
6.
Tissue
7.
Kertas label
8.
Kertas pembungkus
9.
Alcohol 70%
10. Spritus
3.3 SKEMA KERJA
·
Pembuatan Medium NA
Cara kerja
:
1.
Timbang media NA sesuai prosedur di
kemasan ( catatan : buatlah 250 ml media NA untuk setiap shift praktikum).
Penimbangan media dilakukan secara teliti dan cepat, kemudian serbuk media
dimasukkan secara hati – hati ke dalam Erlenmeyer.
2.
Tambahkan aquades dan aduk sampai
merata dengan batang pengaduk
3.
Panaskan dengan hati – hati
menggunakan penangas/elemen pemanas sampai media tercampur homogeny
(ditunjukkan dengan warna kuning jernih). Perhatian : sewaktu pemanasan jangan
sampai terbentuk buih berlebihan sampai meluap.
4.
Sterilisasi media dalam Erlenmeyer
tersebut dengan menggunakan autoklaf : 1) buka tutup autoklaf, 2) Masukkan air
ke dalam autoklaf hingga penanda batas air, 3) Tempatkan bahan/medium ke dalam
autoklaf, susun rapi, 4) Tutup autoklaf, putar kunci dengan kencang, 5)
Nyalakan autoklaf dan tunggu hingga suhu mencapai 121 ͦC dan tekanan sebesar 1
atm/15 lb (kondisi sterilisasi), jangan lupa menutupkatup autoklaf, 6) Mulai
sterilisasi selama 15 menit, 7) Setelah selesai matikan autoklaf, 8) Tunggu hingga
tekanan turun hingga 0 atm (suhu agak dingin), 9) Buka secara hati – hati
penutup autoklaf, 10) Keluarkan alat dan medium dari dalam autoklaf.
5.
Medium yang telah siap dan tidak
akan segera digunakan, sebaiknya disimpan di dalam lemari/ruang pendingin dengan
suhu 10 ͦC untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
·
Sterilisasi alat
Cara kerja :
1. Bungkus rapi alat-alat gelas yang akan disterilkan dengan
kertas pembungkus/aluminium foil.
2. Strelisasi dengan open : 1). Buka pintu oven, 2).
Tempatkan alat ke dalam oven dengan susunan rapi, 30. Tutup pintu oven, 4).
Setting suhu oven : 160-180 ͦC selama 1-3 jam, 5). Mulai strelisasi, 6).
Setelah selesai, matikan oven, 7). Tunggu
beberapa saat segingga suhu turun, 8). Keluarkan alat dari oven.
·
Strelisasi area kerja
Cara kerja :
1. Bersihkan meja atau alat dari bahan yang ada di atasnya.
2. Usap bersih dengan mennggunakan tisu.
3. Semprot merata dengan alcohol dengan 70%
4. ratakan dengan tisu bersih
5. Tunggu hingga kering
6. Nyalakan bunsen
IV.
HASIL
DAN PENGAMATAN
4.1
HASIL
(A) (B) (C)
Keterangan :
A.
Media
NA saat di hot plate
B.
Media
NA dituangkan pada Erlenmeyer sebanyak 187 ml
C.
Media
NA disimpan di dalam kulkas
4.2
PEMBAHASAN
Sterilisasi merupakan
suatu proses (kimia dan fisika) yang membunuh semua bentuk hidup terutama
mikroba. Sterilisasi yang dilakukan bertujuan untuk menghindari kontaminasi,
yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan. Alat yang akan digunakan
dalam suatu penelitian atau praktikum harus disterilisasi terlebih dahulu untuk
membebaskan semua bahan dan peralatan tersebut dari semua bentuk kehidupan.
Ada empat cara yang sering digunakan dalam sterilisasi dengan
pemanasan, yaitu sterilisasi dengan pemijaran, dengan udara panas (kering),
dengan uap panas dan sterilisasi dengan air panas bertekanan. Sterilisasi
dengan pemijaran dilakukan dengan cara memijarkan pada api lampu spiritus
(mengusahakan pada api bagian tengah yang berwarna kebiruan). Teknik pemijaran
ini dilakukan untuk alat jarum inokulasi, ose atau alat lain yang terbuat dari
platina atau nikhrom. Sterilisasi dengan udara panas menggunakan oven (Hot
Air Sterilizer).
Pada
percobaan ini alat yang digunakan untuk mensterilkan alat yaitu oven, bunsen
dan autoklaf. Oven merupakan alat sterilisasi dengan cara fisik yaitu panas
kering. Oven (Hot Air Sterilizer), digunakan untuk mensterilkan alat yang
terbuat dari kaca dan kertas yang tahan terhadap suhu tinggi. Alat – alat yang
akan disterilisasi dengan oven, menggunakan temperatur 170 – 180 ͦC selama 1 –
2 jam.
Alat lain yang digunakan dalam sterilisasi adalah autoklaf.
Autoklaf yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan.
Sterilisasi dengan autoklaf diperlukan panas basah selama 15 menit pada
temperatur 121oC dan dengan tekanan 2 atm. Sterilisasi lain yaitu
menggunakan Bunsen. Bunsen digunakan untuk sterilisasi dengan cara pemanasan,
misalnya untuk membakar jarum ose.
Selain itu, dalam pengerjaan hal-hal yang berkaitan dengan mikroorganisme,
bukan hanya alat yang perlu disterilkan, tetapi juga telapak tangan kita agar
tidak melakukan kontaminasi terhadap alat-alat yang kita pegang. Untuk itu
digunakan alkohol yang disemprotkan dengan hand sprayer. Alkohol disemprotkan
secukupnya, kemudian kita harus memastikan seluruh permukaan telapak tangan
telah terbalut alkohol. Hal ini dilakukan agar telapak tangan kita benar-benar
steril.
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi
yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba,
medium dapat pula untuk isolasi, memperbanyak mikroba, pengujian sifat – sifat
fisiologi dan perhitungan mikroba.
Dalam
praktikum kali ini medium yang digunakan adalah NA (Nutrient Agar). NA digunakan untuk media pertumbuhan bakteri.
Pembuatan media ini diawali dengan melarutkan 15 gram NA pada 750 ml aquades
pada gelas ukur, setelah itu di masukkan stirrer dalam larutan tersebut lalu
ditutup dengan alumunium foil, setelah itu memanaskannya diatas hot plate
diikuti oleh pengadukan, pengadukannya menggunakan stirrer, tujuan dari
pemanasan dan pengadukannya adalah untuk mempercepat pelarutan dari NA.
Kemudian setelah larut didiamkan beberapa menit agar panasnya berkurang lalu
larutan medium tersebut di masukkan ke dalam Erlenmeyer sebanyak 187 ml lalu
ditutup dengan kapas dan alumunium foil dan direkatkan dengan plastic wrap
kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf dengan temperature 121 ͦC dalam waktu 15
menit dan dengan tekanan 2 ATM yang mana masih dalam kondisi tertutup dengan
alumunium foil. Tujuan dari penutupan untuk menjaga larutan NA dari kontaminasi
dari luar.
V.
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa, Sterilisasi merupakan suatu proses (kimia dan
fisika) yang membunuh semua bentuk hidup terutama mikroba. Sterilisasi yang
dilakukan bertujuan untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya
mikroorganisme yang tidak diinginkan. Pada
percobaan ini alat yang digunakan untuk mensterilkan alat yaitu oven, bunsen dan
autoklaf.
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium
dapat pula untuk isolasi, memperbanyak mikroba, pengujian sifat – sifat
fisiologi dan perhitungan mikroba.
Medium yang digunakan pada praktikum
ini yaitu NA (Nutrient Agar). NA (Nutrien Agar) adalah medium
yang digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri. NA terdiri dari daging yang berfungsi sebagai sumber
energy. Agar berfungsi untuk memadatkan medium NA.
5.2 SARAN
Pada praktikum
yang telah dilakukan, sebagai saran dari praktikan yaitu sebaiknya penuntun
praktikum jangan diberikan 2 atau 3 hari sebelum praktikum agar praktikan dapat
mempelajarinya. Diharapkan pada praktikum selanjutnya dapat berjalan lebih baik
lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, D,. 2007, Media Agar. Ide Besar Istri Peneliti,,
Erlangga: Jakarta
Ammi, Yanti dan Kusnadi, 2013, Petunjuk
Praktikum Mikrobiologi, IPBexpres, Bogor.
Fardiaz, 1992, Mikrobiologi
Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hadioetomo, RS, 1993, Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium Mikrobiologi.
Gramedia:Jakarta
Label, J. 2008, Mikrobiologi : Pembuatan Medium,
Erlangga : Jakarta.
Lay dan Hatowo, 1992, Analisis
Mikroba di Laboratorium, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Pelczar,
1996, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Pujiati. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar. Madiun:
Ikip PGRI Madiun Press.
Ratna, 1993, Mikrobiologi Dasar,
Gramedia, Jakarta.
Sandra, 2013, Mikrobiologi Umum, Erlangga : Jakarta.
Subaghdja, Rickie, 2010, Sterilisasi dan Pengenalan Alat
Mikrobiologi, Yudistira: Bandung
Sutedjo, 1991, Mikrobiologi Tanah, Rineka Cipta:
Jakarta
Volk & Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar Jilid 1
Edisi kelima, Erlangga: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar