BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tanah
adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun
dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang
merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi
akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk
wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan.
Ilmu
yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah beserta faktor-faktor
pembentuknya, klasifikasi tanah, survei tanah, dan cara-cara pengamatan tanah
di lapangan disebut pedologi. Apabila tanah yang dipelajari berkaitan dengan
pertumbuhan tanaman disebut edaphologi.
Dengan
meningkatnya pengetahuan manusia tentang tanah maka Ilmu Tanah menjadi ilmu
yang sangat luas, sehingga untuk dapat mempelajari dengan baik perlu
pengelompokan lebih lanjut ke dalam bidang-bidang yang lebih khusus. Beberapa
bidang khusus dalam Ilmu Tanah tersebut salah satunya adalah fisika tanah.
Fisika tanah adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat tanah seperti tekstrur
tanah, struktur tanah, konsistensi, bulk density, porositas tanah, warna tanah
dan lain-lain.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa saja sifat fisik tanah?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
sifat fisik tanah
BAB
2
PEMBAHASAN
A.
Tekstur
Tanah
Tekstur tanah
merupakan gambaran tingkat kekasaran atau kehalusan bahan mineral yang menyusun
tanah.Tekstur tanah ditentukan oleh proporsi tiga jenis partikel tanah,yaitu
pasir,debu/endapan lumpur,dan lempung/liat.pembagian ini berdasarkan ukuran
partikel ketiga jenis tanah tersebut.Pasir
memiliki ukuran partikel paling besar sedangkan lempung memiliki ukuran
partikel paling kecil.
Tekstur tanah sangat menentukan kualitas tanah terutama
dalam dalam hal kemampuannya menahan air. Tekstur tanah merupakan gambaran tinkat kekasaran
atau kehalusan bahan mineral yang menyusun tanah.disini tekstur tanah
ditentukan 3 jenis partikel tanah yaitu,pasir,debu/endapan lumpur,dan
lempung/liat.
Tekstur merupakan sifat
kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang ditentukan oleh perbandingan
banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai kelompok ukuran, terutama
perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir berukuran 2 mm ke
bawah (Notohadiprawito, 1978).
Tekstur tanah menunjukkan
perbandingan kasar-halusnya suatu tanah, yaitu perbandingan pasir, liat, debu
serta pertikel-partikel yang ukurannya lebih kecil daripada kerikil.
Partikel-partikel tersebut dapat berupa bahan-bahan induk yang belum terurai
sempurna..
1) Jenis-jenis Tekstur Tanah
Tekstur merupakan sifat yang sangat
penting karna berpengaruh pada sifat–sifat kimia, fisik dan biologi tanah.
Tanah secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelas yaitu tanah bertekstur
kasar dan tanah bertekstur halus. Tanah
bertekstur halus (dominant liat) memiliki permukaan yang lebih halus dibanding
dengan tanah bertekstur kasar (dominan pasir). Sehingga tanah-tanah yang
bertekstur halus memiliki kapasitas adsorpsi unsur-unsur hara yang lebih besar.
Dan umumnya lebih subur dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar. Karna banyak
mengandung unsure hara dan bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanah
bertekstur kasar lebih porus dan laju infiltrasinya lebih cepat. Walaupun
demikian tanah bertekstur halus memiliki kapasitas memegang air lebih besar
dari pada tanah pasir karna memiliki permukaan yang lebih luas. Tanah-tanah
berliat memiliki persentase porus yang lebih banyak yang berfungsi dalam
retensi air (water retension). Tanah-tanah bertekstur kasar memiliki makro
porus yang lebih banyak, yang berfungsi dalam pergerakan udara dan air.
2) Cara Penetapan Tekstur Tanah
Penetapan tekstur
tanah dapat ditentukan dengan metode analisis kualitatif, dengan merasakan
tanah langsung dengan menggunakan jari tangan sehingga dapat diketahui tingkat
kehalusan dan kekasarannya. Hal ini disebabkan karena penentuan tekstur tanah
merupakan perbandingan fraksi tanah yang meliputi kandungan liat, debu, dan
pasir dalam suatu massa tanah yang memiliki bentuk partikel yang berbeda-beda.
Bila terasa halus maka tanah memiliki kandungan liat yang dominan dan bila
kasar maka kandungan pasirnya dominan.
Penetapan tekstur tanah secara garis besar dapat
dibagi dua, yaitu:
- Penetapan
kasar yaitu menurut perasaan di lapang.
- Penetapan
di laboratorium.
Badan Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa
tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir
mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran
0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm.
Maka dapat terjadi bahwa pada suatu tanah,
butiran pasir merupakan penyusun yang dominan, pada kasus lain liat merupakan
penyusun tanah yang terbesar. Sebaliknya pada tempat lain, kandungan pasir,
liat dan lempung terdapat sama banyaknya.
Tekstur tanah merupakan satu sifat fisik tanah
yang secara praktis dapat dipakai sebagai alat evaluasi atau jugging
(pertimbangan) dalam suatu potensi penggunaan tanah. Tekstur tanah menunjukkan
perbandingan relatif antara Pasir (sand) berukuran 2 mm – 50 mikron, debu
(silt) berukuran 50 – 2 mikron dan liat (clay) berukuran < 2 mikron.
Klasifikasi tekstur ini berdasarkan jumlah partikel yang berukuran < 2 mm.
Jika dijumpai partikel yang > 2 mm dengan jumlah yang nyata, maka penambahan
/ penyisipan kata – kata berkerikil atau berbatu ditambahkan pada nama kelas
tekstur tadi. Sebagai contoh lempung berbatu. Untuk keperluan pemilihan ada 12
kelas tekstur tanah. Dan pembagian itu kemudian disederhanakan menjadi 7 kelas
yang terdiri dari pasir, lempung kasar, lempung halus, debu kasar, debu halus,
liat debu dan liat sangat halus.
Fraksi tanah adalah sekelompok
butir-butir tanah yang mempunyai kisaran tanah yang sama, yang digolongkan
menjadi 3 yaitu fraksi pasir debu dan lempung dan klasifikasi sebagai berikut :
1. Pasir (sand) : 2-0,05mm, 2. Debu () : 0,05 mm-0,002 mm, dan 3. Lempung
(clay) : < 0,002 mm.
Gambar 1. Segitiga USDA
Adapun klasifikasi tekstur tanah menurut USDA antara
lain sebagai berikut :
a)
Klasifikasi
Dasar Tekstur
Kasar : Pasir & pasir bergeluh, Pasir,
Pasir bergeluh, Pasir & pasir
bergeluh, geluh berpasir,
dan geluh berpsir halus.
Sedang : Geluh,
Geluh berpasir sangat halus, Geluh, Geluh berdebu, dan
Agak berat : Geluh lempung berpasir, Geluh berlempung, dan Geluh
lempung berdebu.
Halus : Lempung,
Lempung berpasir, Lempung berdebu dan Lempung.
b)
Adapun
ciri-ciri dari masing-masing tekstur
Tekstur Pasir : kadar
pasir 70%, bersifat
lepas-lepas, tidak liat dan
tidak lekat,
terasa kasar kalau dipilin dan tidak
meninggalkan
selaput, aerasi dan drainase baik.
Tekstur Geluh : mengandung ke
3 fraksi secara se-imbang sehingga
sifat-sifatnya terletak diantara
2 tekstur yang ekstrem, tanah ini
yang paling disukai oleh tanaman.
Tanah Lempung : mengandung lempung 35 %, berat bila
diolah, sangat
liat dan lekat, aerasi dan drainase buruk.
Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur
tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan
antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12
klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase
kandungan pasir, debu dan liat.
Tabel : Proporsi Fraksi
menurut Kelas Tekstur Tanah
Nama
|
Kandungan Fraksi (%)
|
||
Pasir (Sand)
|
Debu (Silt)
|
Liat (Clay)
|
|
Pasir (Sandy)
|
87 – 100
|
0 -13
|
0 - 10
|
Pasir
Berlempung (Loam Sand)
|
70 -87
|
0 - 30
|
0 15
|
Lampung
Berpasir
(
Loam)
|
43 – 85
|
0-50
|
0-20
|
Lempung
Liat Berpasir (Sandy Clay Loam)
|
45 – 80
|
0 - 28
|
20 – 25
|
Liat
Berpasir (Sandy Clay)
|
45 – 65
|
0 - 20
|
35 – 55
|
Lempung
(Loam)
|
23 – 52
|
28 - 50
|
7 – 27
|
Lempung
Berliat (Clay Loam)
|
20 – 45
|
15 - 52
|
27 -40
|
Liat
(Clay)
|
0 – 45
|
0 -40
|
40 -100
|
Liat
Berdebu (Silty Clay )
|
0 – 20
|
40 - 60
|
40 – 60
|
Lempung
Liat Berdebu (Silty Clay Loam)
|
0 – 20
|
40 -73
|
27-40
|
Lempung
Berdebu (Silty Loam)
|
0 -50
|
50-88
|
0-27
|
Debu
(Silty)
|
0-20
|
80-100
|
0-12
|
Tekstur tanah di lapangan dapat
dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari
jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa
keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
- Pasir
(sandy) => Pasir mempunyai ukuran >2mm dan
bersifat kasar dan tidak lekat. Pasir mengikat sedikit air karena
pori-porinya besar sehingga banyak air yang keluar dari tanah akibat gaya
gravitasi.
- Pasir berlempung (loam sandy) =>
Tanah pasir berlempung ini memiliki terkstur yang kasar. Pasir
berlempung ini akan membentuk bola yang mudah hancur karena daya ikat pada
partikel-partikel di pasir berlempung tidak kuat. Dan juga akan sedikit
sekali lengket karena memang kandungan lempungnya yang sedikit.
- Lempung berpasir (Sandy loam) =>
Rsa kasar pada tanah lempung berpasir akan terasa agak jelas dan juga akan
membentuk bola yang agak keras tetapi akan mudah hancur.
- Lempung (Loam) =>
Lempung tidak terasa kasar dan juga tidak terasa licin. Dapat membentuk
bola yang agak teguh dan dapat sedikit digulung dengan permukaan yang
mengkilat. Selain itu, lempung juga dapat melekat.
- Lempung liat berpasir (Sandy-clay-loam) =>
Lempung liat berpasir terasa agak jelas. Dapat membentuk bola agak teguh
bila kering dan juga dapat membentuk gulungan jika dipilin dan gulungan
akan mudah hancur serta dapat melekat.
- Lempung liat berdebu (sandy-silt-loam) =>
Lempung liat berdebu memiliki rasa licin yang jelas. Dapat membentuk bola
teguh dan gulungan yang mengkilat serta dapat melekat.
- Lempung berliat (clay loam) =>
Lempung berliat akan terasa agak kasar. Dapat membentuk bola agak teguh
bila kering dan membentuk gumpalan bila dipilin tetapi pilinan mudah
hancur. Daya lekatnya sedang.
- Lempung berdebu (Silty Loam) =>
Lempung berdebu akan terasa agak licin. Dapat membentuk bola yang agak
teguh dan dapat melekat.
- Debu (Silt) =>
Debu akan terasa licin sekali. Dapt membentuk bola yang teguh dan dapat
sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilap serta terasa agak lekat.
- Liat berpasir (Sandy-clay) =>
Liat berpasir akan terasa licin tetapi agak kasar. Dapat membentuk bola
dalam keadaan kering. Akan sukar untuk dipijit tetapi mudah digulung serta
memilliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
- Liat berdebu (Silty-clay) =>
Liat berdebu akan terasa agak licin. Dapat membentuk bola dalam keadaan
kering. Akan sukar dipijit tetapi mudah digulung serta memiliki daya lekat
yang tinggi (melekat sekali).
- Liat (clay) =>
Liat akan terasa berat, dapat membentuk bola yang baik. Serta memiliki
daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
Tanah bertekstur halus didominhasi
oleh tanah liat dengan tekstur yang lembut dan licin yang memiliki permukaan
yang lebih halus dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar yang biasanya
berbentuk pasir. Sehingga tanah-tanah yang bertekstur halus memiliki kapasitas
dalam proses penyerapan unsur-unsur hara yang lebih besar dibandingkan dengan
tanah yang bertekstur kasar. Namun, pada tanah bertekstur lembut ini umumnya
lebih subur dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar. Karena banyak
mengandung unsure hara dan bahan organic yang dibutuhkan oleh tanaman serta
mudah dalam menyerap unsur hara.
Sedangkan pada tanah bertekstur
kasar lebih porus dan laju infiiltrasinya lebih cepat. Walaupun demikian tanah
bertekstur halus memiliki kapasitas memegang air yang lebih besar daripada
tanah pasir karena memiliki permukaan yang lebih banyak yang berfungsi dalam
retensi air (water retension). Tanah-tanah bertekstur kasar memiliki makro
porus yang lebih banyak, yang berfungsi dalam pergerakkan udara dan air. Semakin halus tekstur tanahnya maka kapasitas adsorpsi menahan unsur –
unsur hara lebih besar, dan lebih banyak mengandung unsure hara dan bahan
organik yang dibutuhkan tanaman, kapasitas memegang air juga lebih besar sebab
memiliki permukaan yang lebih luas. Sedangkan tanah bertekstur kasar memiliki laju
infiltrasi yang cepat dan lebih porus. Sehingga unsure hara akan ikut hanyut
dan yang tertahan didalam tanah semakin sedikit.
3)
Faktor yang Mempengaruhi Tekstur Tanah
1. Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang minimal permusim atau perperiode,
dan seterusnya, dan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu berjangka
pendek misalnya harian, mingguan, bulanan dan masimal semusim atau seperiode.
Pengaruh curan hujan ialah sebagai pelarut dan pengankut maka air hujan akan
mempengarugi (1) komposisi kimiawi mineral penyusun tanah, (2) kedalaman dan
diferensiasi profil tanah, (3) sifat fsik
tanah. Pengaruh temperature setiap kenaikan temperatur akan meningkatkan
penigkatannya laju reaksi kimiawi menjadi 2x lipat. Meningkatkan pembentukan
dan pelapukan dan pembentukan liat terjadi seiring dengan peningkatannya
temperature.
Hubungan
antara temperature dan pertumbuhan tanaman serta akumulasi bahan organic cukup
kompleks. Kandungan bahan organic tanah adalah jumlah antara hasil penambha
bahan organik + laju mineralisasi bahan organic + kapasitas tanah melidungi
bahan organic dari mineralisasi (liat amorf) (Hanafiah, 2005).
2. Topografi
Topografi
yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu area/wilayah. Perbedaan
topografi akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk. pada daerah lereng infiltras. Sedangkan pada
daerah datar/rendah, menerima kelebihan air yang menyediakan air lebih banyak
untuk proses genesis tanah.
a. Pengaruh
slope/lereng
Kemiringan
dan pandang lereng berpengaruh pada genesis tanah. Semakin tanah curam lereng
makin besar runcff dan eros tanah. Hal yang mengakibatkan terhambatnya genesis
tanah oleh karena pertumbuhan tanaman
terhambat dan sumbangan bahan organik juga lebh kecil, pelapukan menjadi
terhambat begitu pula dengan pembentukan liat. Disamping itu, pencucian dan
eluviasi berkurang. Dengan kata lain tanah lebih tipis dan kurang berkembang di
daerah lereng.
b. Pengaruh
tinggi muka air dan drainase
Tanah
mempunyai drainase baik pada slope yang muka air tanah jauh di bawah permukaan
tanah. Tanah yang berdrainase buruk ditandai dengan muka air yang muncul di
permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya kondisi anerobik dan reduksi. Tanah
yang bedrainase buruk mempunyai horison A biasanya berwarna gelap olh karena
tingginya bahan organik, tapi horison bawah pemukaannya cenderung kelabu
(gray). Tanah berdrainase baik, mempunyai horison A yang warnanya lebih terang
dan horison bawahnya seragam lebih gelap.(Hanafiah, 2005)
3. Organisme Hidup
Fungsi
utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi soil. Humus
akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan
melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali
seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan dan
mencampur bahan organik dengan mineral. Lubang-lubang yang dibuat akan membantu
sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan kimiawi dan mempercepat
pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa membantu
proses pembusukan bahan organik menjadi humus.(Hanafiah, 2005)
4. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang
terus menerus berubah (dinamis) sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang
terus menerus maka tanah tanah yang semakin tua juga akan semakin kurus.
Mineral yang banyak mengandung unsure hara telah habis mengalami pelapukan
sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses
pembentukan tanah yang terus berjalan maka bahan induk tanah berubah berturut
turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua. Tanah muda hasil
pembentukan horizon C dan horizon A. Tanah dewasa yaitu hasil pembentukan
horizon B yang masih muda (Bw). Tanah tua merupakan tanah dari hasil pencucian
yang terus menerus berlanjut sehingga tanah tersebut menjadi kurus dan masam.
Perlu diketahui bahwa tingkat perkebangan
tanah tidak setara dengan tingkat pelapukan tanah. Tingkat perkembangan
tanah berhubungan dengan perkembangan horizon horizon tanah, sedangkan tingkat
pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat pelapukan mineral dalam tanah
(Hardjowigeno, 1992).
5. Bahan Induk
Pembentuk
bahan induk yang terbentuk dari batuan induk keras di dominasi oleh proses
disentegrasi secara fisik dan dekomposisi kimiawi partikel mineral dalam batuan
tersebut. Bahan induk yang berasal dari batu pasir. Pada batu kapur, tanah
terbentuk dari sisa-sisa bahan yang tidak larut setelah kalsium dan magnesium
karbonat terlarut dan terkunci. Liat adalah bahan yang dapat d temui pada batu
kapur, yang kemudian menjadikan tanah bertekstur halus. Bahan induk yang di
turunkan dari sedimen dibawah oleh air angin. Sedimen koluvial terjadi pada lereng terjal dimana gravitasi
adalah kekuatan utama yang menyebabkan gerakan dan sedimentasi.sedimen koluvial
adalah bahan induk yang penting di areal bergunung/berbukit. Sedimen alluvial
biasa ditemui dimana-mana oleh karena penyebaran oleh banjir dan sungai.
Contoh: kebanyakan tanah-tanah pertanian di California terbentuk di lembahdiman
alluvial adalah bahan induk yang dominan. Pengaruh bahan induk terhadap genesis tanah, Perkembangan horison
terutama horison B tergantung pada translokasi partikel halus oleh air. Bahan
induk yang tersusun 100% pasir kuarsa tidak akan hancur untuk mengahasilkan
partikel koloid. Bahan induk yang bertekstur pasir akan mendukung perkembangan
horison bahasa daerah (humid). Bahan induk yang tersusun atas partikel inter
media akan berkembang menjadi berbagai jenis tanah. Tekstur dan struktur tanah
akan mempengaruhi genesis tanah melalui proses infiltrasi dan erosi.
Permeabilitas dan translokasi material dalam air, proteksi dan akumulasi bahan
organik dan ketebalan solum (horison A+B).
B.
Struktur
Tanah
Struktur tanah
merupakan penyusunan partikel tanah pasir, debu dan liat membentuk
aggregat-aggregat dengan bidang belah yang alami. Menurut Suhardi (2007) ialah
susunan agregat primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi
oleh beberapa bidang. Pembentukan struktur sangat tergantung pada bahan primer
(mineral dan organik) yang mengalami sementasi oleh CaCO3 serta Fe
dan Al hidroksida sehingga terbentuk unit struktur yang disebut agregat.
Struktur tanah
merupakan sifat tanah yang penting karena secara tidak langsung dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman berupa peredaran air, udara dan panas,
aktivitas jazad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman, perombakan
bahan organik dan mudah atau tidaknya akar tanaman menembus tanah. Tanah yang berstruktur baik akan
membantu berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan tanaman secara optimal.
Sedangkan tanah berstruktur jelek akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
tanaman. Berhubung struktur tanah sangat berperan penting terhadap berhasilnya
suatu usaha tani, maka peranan struktur tanah dapat disimpulkan sebagai beikut
:
a) Struktur
dapat menentukan produktivitas tanah karena ia mempengaruhi ketersediaan air,
udara tanah dan rejim panas dilapangan.
b) Struktur
tanah dapat berpengaruh terhadap sifat mekanika tanah
c) Struktur
tanah berpengaruh terhadap perkecambahan biji dan pertumbuhan akar
d) Struktur
tanah dapat berpengaruh terhadap operasi pertanian,
pengolahan tanah, irigasi, drainase, dan pertanaman.
1. Macam-macam
Struktur Tanah
a. Struktur
tanah berbutir (granular) :
agregat yang
membulat, biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada
horizon A yang dalam keadaan lepas disebut crumbs atau spherical.
Gambar 2. Struktur Tanah Granular
b. Kubus (Bloky) : Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu
vertikal. Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya
membulat maka disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya dapat
mencapai 10 cm.
Gambar 3. Struktur Tanah Kubus
c. Lempeng (platy) : Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu
vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi
(deposited).
Gambar 3.
Struktur Tanah Lempeng
d. Prisma : Bentuknya jika sumbu vertikal
lebih panjang dari pada sumbu horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu
vertikal. Seringkali mempunyai 6 sisi dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak
terdapat pada horizon B tanah berliat. Jika bentuk puncaknya datar disebut
prismatik dan membulat disebut kolumner.
Gambar 4.
Struktur Tanah Prisma
C.
Konsistensi
Tanah
Konsistensi tanah adalah daya kohesi
dan adhesi diantara partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa
tanah tersebut terhadap perubahan bentuk oleh tekanan atau berbagai kekuatan
yang dapat mempengaruhi. Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan
struktur tanah.
Pentingnya konsistensi tanah ialah
untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman
di lapisan tanah bawahan. Tanah yang bertekstur pasir bersifat tidak lengket,
tidak liat (non plastic) dan lepas-lepas. Sebaliknya tanah bertekstur
lempung-berat pada keadaan basah berkonsistensi sangat lengket, sangat liat dan
bila kering bersifat sangat teguh (kuat) dan keras. Tanah bertekstur geluh (loam) mempunyai sifat diantara tekstur pasir dan
lempung. Perekatan partikel tanah membentuk gumpalan agregat dan mempunyai
konsistensi keras jika kering, disebabkan adanya bahan-bahan perekat,
yaitu lempung itu sendiri kapur atau gamping (CaCO3), silika (SiO2),
sesquioksida (Al dan Fe oksida) dan humus. Kecuali lempung semakin basah makin
kurang daya rekatnya.
Cara menentukan konsistensi di
lapangan ialah dengan cara memijit-mijit tanah, dalam
berbagai keadaan kandungan air seperti keadaan basah (wet),
lembab (moisture) atau kering (dry), biasanya
dengan menggunakan ibu jari dengan telunjuk. Dalam
keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam konsitensi gembur (mudah diolah)
sampai teguh (agak sulit dicangkul). Dalam keadan kering, tanah dibedakan ke
dalam konsistensi
lunak sampai keras. Dalam keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari
plastis sampai tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai
lekat. Dalam keadaan lembab atau kering konsistensi tanah ditentukan denga
meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah
dikatakan berkonsistensi gembur. Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan
remasan tersebut anah dikatakan berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (kering).
Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari (melekat atau
tidak melekat) atau mudah tidaknya membentuk bulatan dan kemampuannya
mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis).
1.
Konsistensi Basah
a. Kelengkatan, yaitu
menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda
lain, ini dibagi 4 kategori (Pairunan, dkk, 1985) :
Tidak Lekat
|
Tidak melekat pada jari tangan
atau benda lain
|
Agak Lekat
|
Sedikit melekat pada jari tangan
atau benda lain
|
Lekat
|
Melekat pada jari tangan atau
benda lain
|
Sangat Lekat
|
Sangat melekat pada jari tangan
atau benda lain
|
b.
Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk
gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut (Hakim, 1986) :
TidakPlastis
|
tidak dapat membentuk gulungan tanah.
|
Agak Plastis
|
hanya dapat dibentuk gulungan tanah
|
Plastis
|
dapat membentuk gulungan tanah dan diperlukan
sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
|
Sangat
Plastis
|
dapat membentuk gulungan tanah dan diperlukan
tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
|
2.
Konsistensi
Lembab
Pada kondisi kadar air
tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 5 kategori sebagai berikut
(Darmawijaya, 1990) :
Lepas
|
tanah tidak
melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah terpisah
|
Sangat Gembur
|
gumpalan tanah
mudah sekali hancur bila diremas.
|
Gembur
|
hanya sedikit
tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
|
Teguh
|
diperlukan
tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan
gumpalan tanah
|
Sangat Teguh
|
diperlukannya
tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan
tanah tersebut.
|
3. Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi
tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 5 kategori sebagai
berikut (Hanafiah, 2005) :
Lepas
|
butir-butir
tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain
|
Lemah
|
gumpalan tanah
mudah hancur bila diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika
ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
|
Agak Keras
|
gumpalan tanah
baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat
tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
|
Keras
|
semakin susah
untuk menekan gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau
makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan
gumpalan tanah.
|
Sangat Keras
|
diperlukan
tekanan yang lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau
gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk hancur.
|
Dua faktor utama yang
mempengaruhi konsistensi tanah, yakni (a) kondisi kelengasan tanah (kering,
lembap, basah) dan (b) tekstur tanah (terutama kandungan lempung). Konsistensi
tanah yang penting untuk menentukan cara pengolahan lahan yang baik, juga penting
bagi penetrasi akar tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah menyimpan
lengas. Ada dua cara penentuan konsistensi tanah: (a) di lapangan dan (b) di
lapisan laboratorium berdasarkan angka-angka Attenberg (Sutanto, 2005).
Konsistensi merupakan bagian dari rheologi.
Rheologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan–perubahan bentuk (deformasi)
dan aliran (flow) suatu benda (Baver, 1959). Sifat–sifat rheologi tanah di
pelajari dengan menentukan angka–angka Atterbarg yaitu angka–angka kadar air
tanah pada beberapa macam keadaan. Angka–angka ini penting dalam menentukan
tindakan pengolahan tanah, karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau
tanah terlalu kering ataupun terlalu basah. Sifat–sifat tanah yang berhubungan
dengan angka Atterberg tersebut adalah:
·
Batas mengalir (liquid
limit). Batas mengalir adalah jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan tanah. Kalau air lebuh banyak tanah bersama air
akan mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan air sehingga tanah bukan
dalam keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah kapasitas lapang (field capacity) yang menunjukan jumlah air terbanyak
yang dapat ditahan dalam keadaan alami atau undisturbed.
·
Batas melekat. Batas melekat adalah kadar air di mana tanah mulai tidak dapat melekat
pada benda lain. Bila kadar air lebih rendah dari batas melekat , maka tanah
tidak dapat melekat, tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas melekat,
maka tanah akan mudah melekat pada benda lain. Bila tanah yang telah mencapai
batas mengalir atau batas melekat tersebut dapat membentuk gulungan atau pita
yang tidak mudah patah bila digolek–golekkan maka dikatakan bahwa tanah itu
plastis. Bila tanah tidak dapat dibentukpita atau gulungan (selalu patah–patah)
maka disebut tidak palstis.
·
Batas menggolek. Batas menggolek adalahn kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak
dapat digolek–golekkan lagi. Kalau digolek–golekkan tanah akan pecah–pecah ke
segala jurusan. Pada kadar air lebih kecil dari batas menggolek tanah sukar
diolah.
·
Indeks Plastisitas (plasticity
index). Indeks plastisitas menunjukan perbedaan kadar air pada batas mengalir
dengan batas menggolek. Tanah–tanah liat umumnya mempunyai indeks plastisitas
yang tinggi sedang tanah–tanah pasir mempunyai indeks plastisitas yang rendah.
·
Jangka Olah. Jangka olah menunjukan besarnya perbedaan kandungan air pada batas
menggolek dengan melekat. Tanah dengan jangka olah yang rendah merupakan tanah
yang lebih sukar diolah daripada tanah yang memilki jangka olah yang tinggi.
Bila jangka olahnya sama, tanah lebih sukar diolah bila indeks plastisitasnya
rendah.
D.
Bulk
Density
Bulk density
atau kerapatan lindak atau bobot isi menunjukkan perbandingan antara berat
tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah.
Bulk
Density
Bulk density
merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk
density, yang berarti makin sulit menerukan air atau ditembus akar tanaman.
Pada umumnya bulk density berkisar dari 1,1-1,6 g/cc. Beberapa jenis tanah
mempunya bulk density kurang dari 0,90 g/cc (misalnya tanah Andisol), bahkan
ada yang kurang dari 0,10 g/cc (misalnya tanah gambut).
Bulk Density (BD) yaitu bobot padatan
(pada kering konstan) dibagi total volume (padatan + pori), BD tanah yang ideal
berkisar antara 1,3 -1,35 g/cm3, BD pada tanah berkisar > 1,65 g/cm3 untuk
tanah berpasir ; 1,0-1,6 g/cm3 pada tanah geluh yang mengandung BO tanah sedang
- tinggi, BD mungkin lebih kecil dari 1 g/cm3 pada tanah dengan kandungan BO
tinggi. BD sangat bervariasi antar horizon tergantung pada tipe dan derajat
agregasi, tekstur dan BO tanah. Bulk density sangat sensitif terhadap
pengolahan tanah . Tanah
yang kandungan bahan organiknya rendah akan menghasilkan tanah yang bulk
densitynya tinggi karena tanah akan semakin padat apabila kekurangan bahan
organik (Marbun, et al, 2013). Tanah-tanah organik memiliki kerapatan
massa yang sangat rendah dibanding dengan tanah-tanah mineral. Variasi-variasi
yang ada perlu diperhatikan tergantung pada bahan organik dan kelembaban tanah
Bulk
density dipengaruhi oleh padatan tanah, pori-pori tanah, struktur, tekstur ketersediaan hara
organik dan pengolahan tanah sehingga dapat dengan cepat berubah akibat
pengolahan tanah dan praktek budidaya. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi
nilai bulk density adalah struktur tanah, dimana tanah yang memiliki struktur
halus maka memiliki nilai bulk density yang rendah. Semakin masuk kedalam
profil tanah, kerapatan massa tanah makin naik. Hal ini akibat dari kandungan
bahan organik yang rendah dan penimbunan alat serta pemadatan yang disebabkan berat
lapisan atasnya.
Contoh tanah yang
digunakan untuk menentukan bobot isi harus diambil dengan hati-hati dari dalam
tanah dan tidak boleh merusak struktur aslinya. Terganggunya struktur asli
tanah bisa mempengaruhi jumlah pori tanah, demikian pula berat per satuan
volume.
E.
Warna Tanah
Warna tanah
merupakan campuran berbagai macam warna sehingga memberikan warna pada tiap
lapisan tanah. Warna tanah dapat menentukan kesuburan suatu tanah. Menurut Hanafiah (2004) warna tanah merupakan
komposit (campuran) dari warna-warna komponen-komponen penyusunnya. Warna tanah
dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu, kuning dan hitam, kadangkala dapat
pula kebiruan atau kehijauan. Pada kondisi tertentu warna sering pula digunakan sebagai indicator
kesuburan atau kapasitas produktivitas lahan, secara umum dikatakan bahwa makin
gelap tanah berarti makin tinggi produktivitasnya, dengan berbagai pengecualian
mempunyai urutan : putih, kuning, kelabu, merah, coklat-kekelabuan,
coklat-kekaratan, coklat dan hitam.
Warna tanah
merupakan karakteristik tanah yang penting karena ( Sutanto, 2005) :
a.
Berhubungan denga
kandungan bahan organik: wana hitam, hitam kecokelatan;
b. Kondisi
pengatusan tanah buruk: kelabu, kehijauan, kekuningan;
c. Tanah
berkembang lanjut: merah;
d. Kandungan
oksida besi dan mangan tinggi: merah, cokelat, hitam kecokelatan;
e. Kandungan
mineral tertentu: limonit berwarna kuning;
f.
Kesuburan tertentu:
bahan organik tinggi (hitam)
Warna tanah ditentukan
dengan menggunakan warna-warna baku yang terdapat dalam baku Munsell Soil Color
Chart. Dalam warna baku ini warna
disusun oleh tiga variabel yaitu : HUE, VALUE, dan CHROMA. HUE adalah warna
spektrum yang dominan sesuai dengan
panjang gelombangnya. VALUE menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan
banyaknya sinar yang dipantulkan. CHROMA menunjukkan kemurnian atau kekuatan
dari warna spektrum.
Gambar 5. Buku Munsel Soil Color Chart
Gambar 6. Hue, Value, dan Chroma
Dalam buku Munsel Soil
Color Chart, hue dibedakan menjadi 5R, 7,5R, 10R, 2,5YR, 5YR, 7,5YR, 10YR,
2,5Y, 5Y, yaitu mulai dari spektrum dominan paling merah (5R) sampai spektrum
dominan paling kuning (5Y). di samping itu sering ditambahkan pula hue untuk
warna-warna tenah tereduksi (gley) yaitu 5G, 5GY, 5GB dan N (netral). Value dibedakan dari 0-8, dimana makin tinggi
value menunjukkan warna makin terang (makin banyak sinar yang dipantulkan).
Chroma juga dibagi dari 0-8, dimana makin tinggi chroma menunjukkan kemurnian
spektrum atau kekuatan warna spectrum makin meningkat.Warna tanah dicatat
dengan menggunakan notasi dalam buku Munsell tersebut, misalnya 7,5 YR 5/4
(coklat). Ini berarti warna tanah mempunyai Hue = 7,5 YR, value = 5, chroma =
4, yang secara keseluruhan disebut berwarna coklat. Contoh lain misalnya 10 R
4/6 (merah), berarti Hue 10R, value = 4, Chroma = 6, yang secara keseluruhan
disebut merah. Bila didalam tanah terdapat lebih dari satu warna, maka semua
warna harus disebutkan dengan menyebutkan pula warna yang dominan. Warna tanah
akan berbeda bila tanah basah, lembab atau kering, sehingga dalam menentukan
warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab
atau kering.
Syarat
penentuan warna di lapangan sebagai berikut
:
a. Tanah
mengandung lengas/lembap atau kondisi kapasitas lapang.
b. Pengamatan
tidak boleh dilakukan di tempat yang terkena sinar matahari langsung atau harus
diamati di tempat yang ternaungi/teduh,
c.
Pengamatan warna tanah
perlu dicatat dalam keadaan basah, lembap, atau kering
F. Porositas
Tanah
Porositas adalah proporsi ruang pori
tanah (ruang kosong) yang terdapat dalam suatu volume tanah yang dapat
ditempati oleh air dan udara , sehingga merupakan indicator kondisi drainase
dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanh yang cukup mempunyai ruang
pori untuk pergerakan air dan udara masuk dan keluar tanah yang secara leluasa
, sebaliknya jika tanah tidak poros (Hakim ,1986).
Porositas tanah adalah kemampuan
tanah dalam menyerap air berkaitannya dengan tingkat kepadatan tanah. Semakin
padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah
semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut
memiliki porositas yang besar. Tanah yang porositasnya baik adalah tanah yang
porositasnya besar karena perakaran tanaman mudah untuk menembus tanah dalam
menvari bahan organik. Selain itu tanah tersebut mampu menahan air hujan
sehingga tanaman tidak selalu kekurangan air. Tetapi jika
porositasnya terlalu tinggi, juga tidak baik, karena air yang diterima tanah
langsung turun ke lapisan berikutnya. Tanah seperti ini kalau musim
kemarau cepat membentuk pecahan yang berupa celah besar di tanah.
1.
Pengaruh Porositas Terhadap
Produktivitas Tanaman
Porositas tanah dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah. Porositas tanah
tinggi kalau bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur granular atau
remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan
struktur massive (pejal). Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori
makro sehingga sulit menahan air.
Porositas tanah merupakan
perbandingan antara volume pori tanah dengan volume total tanah, yaitu
menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu,
dan liat) sampai pada partikel sekunder disebut juga agregat. Struktur dapat
mengubah pengaruh tekstur dengan memperlihatkan hubungan kelembaban dengan
udara. Porositas total tanah juga dapat dikatakan struktur tanah merupakan
gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir
pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti bahan organic,
oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan mempunyai bentuk, ukuran,
kemantapan yang berbeda-beda. Tanah yang baik adalah tanah yang mengandung
udara dan airnya dalam jumlah cukup dan seimbang serta mantap. Hal ini hanya
terdapat pada struktur tanah yang ruang pori-porinya besar, dengan perbandingan
yang sama antara pori-pori makro dan mikro serta tahan pukulan tetes-tetes air
hujan. Dikatakan pula yang paling baik adalah bila perbandingan sama antara
padatan air dan udara.
2.
Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi
Porositas Tanah
Adapun hal–hal yang mempengaruhi
porositas adalah iklim, kelembaban dan struktur tanah. Iklim, suhu,
kelembaban, sifat mengembang dan mengerut sangat mempengaruhi
porositas. Misalnya saja wilayah yang beriklim hujan tropis maka tingkat curah
hujan pada tanah tersebut akan tinggi pada saat tanah tersebut basah maka tanah
tersebut akan mengalami pengembangan dan pori tanah pada saat tersebut akan
banyak terisi oleh air juga akan mempengaruhi kelembaban tanah tersebut yang
nantinya akan berpengaruh pada porositasnya. Sebaliknya pada musim kemarau atau
kering tanah akan mengerut dan pori tanah akan semakin besar tetapi kebanyakan
akan diisi oleh udara, sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap porositas
tanah tersebut. Selain itu, struktur tanah juga akan sangat berpengaruh, karena
sangat bergantung pada kadar liat , pasir, dan debu yang dikandung tanah
tresebut apabila struktur tanah dirusak maka porositas tanah tersebut akan
berubah. Porositas suatu lapisan tanah juga dipengaruhi oleh ada tidaknya
perkembangan struktur granular pada tiap lapisan horizon tanah yang akan
memberikan hasil porositas total yang tinggi dan dapat meningkatkan jumlah pori
mikro dan pori makro suatu lapisan tanah. Sehingga, pada suatu lapisan tanah
dengan struktur remah atau kersai sangat berpengaruh dalam penentuan porositas
karena dengan struktur tanah tersebut umumnya mempunyai porositas yang besar .
Porositas
tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air. Porositas tanah erat kaitanya
dengan tingkat kepadatan tanah (Bulk Density). Semakin padat tanah berarti
semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya
semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas
yang besar. Tinggi rendahnya porositas suatu tanah ini sangat berguna dalam
menentukan tanaman yang cocok untuk tanahtersebut. Bila suatu tanah
dengan porositas rendah dalam artian sulit menyerap air, maka bila kita
menanam tanaman yang tidak rakus air, akan sangat menghambat bahkan
merusak.
Dalam keadaan
air yang lama terserap (hingga tergenang) sementara tanaman yang ditanam
tidak membutuhkan banyak air justru akan menjadikan kondisi lingkungan
mikro di sekitar tanaman menjadi lembab akibatnya akan mempengaruhi
perkembangan penyakit tanaman. Selain itu, tanaman akan mudah rusak bila
tergenang air terlalu lama, karena tanaman tersebut dalam kondisi tercekam
kelebihan air yang dapat menyebabkan pembusukan akar tanaman.
Salah satu pentingnya dilakukan
pengolahan tanah adalah untuk memperbesar porositas tanah. Selain pengolahan
tanah, adapun cara lain yang dilakukan untuk memperbesar porositas tanah yaitu
dengan penambahan bahan organik dan pengolahan tanah secara minimum. Karena
tanah pertanian dengan pengolahan yang intensif cenderung mempunyai ruang pori
rendah, apabila terjadi penanaman secara terus-menerus tanpa adanya pengolahan
tanah maka akan mengurangi pori-pori mikro dan kandungan bahan organik dalam
tanah (Hakim, dkk. 1986).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanah adalah suatu benda alami yang
terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral
sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium
pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan
dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya
waktu pertumbuhan.
Fisika
tanah adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat tanah seperti tekstrur tanah,
struktur tanah, konsistensi, bulk density, porositas tanah, warna tanah dan
lain-lain.
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tanah
adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun
dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang
merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi
akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk
wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan.
Ilmu
yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah beserta faktor-faktor
pembentuknya, klasifikasi tanah, survei tanah, dan cara-cara pengamatan tanah
di lapangan disebut pedologi. Apabila tanah yang dipelajari berkaitan dengan
pertumbuhan tanaman disebut edaphologi.
Dengan
meningkatnya pengetahuan manusia tentang tanah maka Ilmu Tanah menjadi ilmu
yang sangat luas, sehingga untuk dapat mempelajari dengan baik perlu
pengelompokan lebih lanjut ke dalam bidang-bidang yang lebih khusus. Beberapa
bidang khusus dalam Ilmu Tanah tersebut salah satunya adalah fisika tanah.
Fisika tanah adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat tanah seperti tekstrur
tanah, struktur tanah, konsistensi, bulk density, porositas tanah, warna tanah
dan lain-lain.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa saja sifat fisik tanah?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
sifat fisik tanah
BAB
2
PEMBAHASAN
A.
Tekstur
Tanah
Tekstur tanah
merupakan gambaran tingkat kekasaran atau kehalusan bahan mineral yang menyusun
tanah.Tekstur tanah ditentukan oleh proporsi tiga jenis partikel tanah,yaitu
pasir,debu/endapan lumpur,dan lempung/liat.pembagian ini berdasarkan ukuran
partikel ketiga jenis tanah tersebut.Pasir
memiliki ukuran partikel paling besar sedangkan lempung memiliki ukuran
partikel paling kecil.
Tekstur tanah sangat menentukan kualitas tanah terutama
dalam dalam hal kemampuannya menahan air. Tekstur tanah merupakan gambaran tinkat kekasaran
atau kehalusan bahan mineral yang menyusun tanah.disini tekstur tanah
ditentukan 3 jenis partikel tanah yaitu,pasir,debu/endapan lumpur,dan
lempung/liat.
Tekstur merupakan sifat
kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang ditentukan oleh perbandingan
banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai kelompok ukuran, terutama
perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir berukuran 2 mm ke
bawah (Notohadiprawito, 1978).
Tekstur tanah menunjukkan
perbandingan kasar-halusnya suatu tanah, yaitu perbandingan pasir, liat, debu
serta pertikel-partikel yang ukurannya lebih kecil daripada kerikil.
Partikel-partikel tersebut dapat berupa bahan-bahan induk yang belum terurai
sempurna..
1) Jenis-jenis Tekstur Tanah
Tekstur merupakan sifat yang sangat
penting karna berpengaruh pada sifat–sifat kimia, fisik dan biologi tanah.
Tanah secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelas yaitu tanah bertekstur
kasar dan tanah bertekstur halus. Tanah
bertekstur halus (dominant liat) memiliki permukaan yang lebih halus dibanding
dengan tanah bertekstur kasar (dominan pasir). Sehingga tanah-tanah yang
bertekstur halus memiliki kapasitas adsorpsi unsur-unsur hara yang lebih besar.
Dan umumnya lebih subur dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar. Karna banyak
mengandung unsure hara dan bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanah
bertekstur kasar lebih porus dan laju infiltrasinya lebih cepat. Walaupun
demikian tanah bertekstur halus memiliki kapasitas memegang air lebih besar
dari pada tanah pasir karna memiliki permukaan yang lebih luas. Tanah-tanah
berliat memiliki persentase porus yang lebih banyak yang berfungsi dalam
retensi air (water retension). Tanah-tanah bertekstur kasar memiliki makro
porus yang lebih banyak, yang berfungsi dalam pergerakan udara dan air.
2) Cara Penetapan Tekstur Tanah
Penetapan tekstur
tanah dapat ditentukan dengan metode analisis kualitatif, dengan merasakan
tanah langsung dengan menggunakan jari tangan sehingga dapat diketahui tingkat
kehalusan dan kekasarannya. Hal ini disebabkan karena penentuan tekstur tanah
merupakan perbandingan fraksi tanah yang meliputi kandungan liat, debu, dan
pasir dalam suatu massa tanah yang memiliki bentuk partikel yang berbeda-beda.
Bila terasa halus maka tanah memiliki kandungan liat yang dominan dan bila
kasar maka kandungan pasirnya dominan.
Penetapan tekstur tanah secara garis besar dapat
dibagi dua, yaitu:
- Penetapan
kasar yaitu menurut perasaan di lapang.
- Penetapan
di laboratorium.
Badan Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa
tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir
mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran
0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm.
Maka dapat terjadi bahwa pada suatu tanah,
butiran pasir merupakan penyusun yang dominan, pada kasus lain liat merupakan
penyusun tanah yang terbesar. Sebaliknya pada tempat lain, kandungan pasir,
liat dan lempung terdapat sama banyaknya.
Tekstur tanah merupakan satu sifat fisik tanah
yang secara praktis dapat dipakai sebagai alat evaluasi atau jugging
(pertimbangan) dalam suatu potensi penggunaan tanah. Tekstur tanah menunjukkan
perbandingan relatif antara Pasir (sand) berukuran 2 mm – 50 mikron, debu
(silt) berukuran 50 – 2 mikron dan liat (clay) berukuran < 2 mikron.
Klasifikasi tekstur ini berdasarkan jumlah partikel yang berukuran < 2 mm.
Jika dijumpai partikel yang > 2 mm dengan jumlah yang nyata, maka penambahan
/ penyisipan kata – kata berkerikil atau berbatu ditambahkan pada nama kelas
tekstur tadi. Sebagai contoh lempung berbatu. Untuk keperluan pemilihan ada 12
kelas tekstur tanah. Dan pembagian itu kemudian disederhanakan menjadi 7 kelas
yang terdiri dari pasir, lempung kasar, lempung halus, debu kasar, debu halus,
liat debu dan liat sangat halus.
Fraksi tanah adalah sekelompok
butir-butir tanah yang mempunyai kisaran tanah yang sama, yang digolongkan
menjadi 3 yaitu fraksi pasir debu dan lempung dan klasifikasi sebagai berikut :
1. Pasir (sand) : 2-0,05mm, 2. Debu () : 0,05 mm-0,002 mm, dan 3. Lempung
(clay) : < 0,002 mm.
Gambar 1. Segitiga USDA
Adapun klasifikasi tekstur tanah menurut USDA antara
lain sebagai berikut :
a)
Klasifikasi
Dasar Tekstur
Kasar : Pasir & pasir bergeluh, Pasir,
Pasir bergeluh, Pasir & pasir
bergeluh, geluh berpasir,
dan geluh berpsir halus.
Sedang : Geluh,
Geluh berpasir sangat halus, Geluh, Geluh berdebu, dan
Agak berat : Geluh lempung berpasir, Geluh berlempung, dan Geluh
lempung berdebu.
Halus : Lempung,
Lempung berpasir, Lempung berdebu dan Lempung.
b)
Adapun
ciri-ciri dari masing-masing tekstur
Tekstur Pasir : kadar
pasir 70%, bersifat
lepas-lepas, tidak liat dan
tidak lekat,
terasa kasar kalau dipilin dan tidak
meninggalkan
selaput, aerasi dan drainase baik.
Tekstur Geluh : mengandung ke
3 fraksi secara se-imbang sehingga
sifat-sifatnya terletak diantara
2 tekstur yang ekstrem, tanah ini
yang paling disukai oleh tanaman.
Tanah Lempung : mengandung lempung 35 %, berat bila
diolah, sangat
liat dan lekat, aerasi dan drainase buruk.
Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur
tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan
antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12
klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase
kandungan pasir, debu dan liat.
Tabel : Proporsi Fraksi
menurut Kelas Tekstur Tanah
Nama
|
Kandungan Fraksi (%)
|
||
Pasir (Sand)
|
Debu (Silt)
|
Liat (Clay)
|
|
Pasir (Sandy)
|
87 – 100
|
0 -13
|
0 - 10
|
Pasir
Berlempung (Loam Sand)
|
70 -87
|
0 - 30
|
0 15
|
Lampung
Berpasir
(
Loam)
|
43 – 85
|
0-50
|
0-20
|
Lempung
Liat Berpasir (Sandy Clay Loam)
|
45 – 80
|
0 - 28
|
20 – 25
|
Liat
Berpasir (Sandy Clay)
|
45 – 65
|
0 - 20
|
35 – 55
|
Lempung
(Loam)
|
23 – 52
|
28 - 50
|
7 – 27
|
Lempung
Berliat (Clay Loam)
|
20 – 45
|
15 - 52
|
27 -40
|
Liat
(Clay)
|
0 – 45
|
0 -40
|
40 -100
|
Liat
Berdebu (Silty Clay )
|
0 – 20
|
40 - 60
|
40 – 60
|
Lempung
Liat Berdebu (Silty Clay Loam)
|
0 – 20
|
40 -73
|
27-40
|
Lempung
Berdebu (Silty Loam)
|
0 -50
|
50-88
|
0-27
|
Debu
(Silty)
|
0-20
|
80-100
|
0-12
|
Tekstur tanah di lapangan dapat
dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari
jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa
keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
- Pasir
(sandy) => Pasir mempunyai ukuran >2mm dan
bersifat kasar dan tidak lekat. Pasir mengikat sedikit air karena
pori-porinya besar sehingga banyak air yang keluar dari tanah akibat gaya
gravitasi.
- Pasir berlempung (loam sandy) =>
Tanah pasir berlempung ini memiliki terkstur yang kasar. Pasir
berlempung ini akan membentuk bola yang mudah hancur karena daya ikat pada
partikel-partikel di pasir berlempung tidak kuat. Dan juga akan sedikit
sekali lengket karena memang kandungan lempungnya yang sedikit.
- Lempung berpasir (Sandy loam) =>
Rsa kasar pada tanah lempung berpasir akan terasa agak jelas dan juga akan
membentuk bola yang agak keras tetapi akan mudah hancur.
- Lempung (Loam) =>
Lempung tidak terasa kasar dan juga tidak terasa licin. Dapat membentuk
bola yang agak teguh dan dapat sedikit digulung dengan permukaan yang
mengkilat. Selain itu, lempung juga dapat melekat.
- Lempung liat berpasir (Sandy-clay-loam) =>
Lempung liat berpasir terasa agak jelas. Dapat membentuk bola agak teguh
bila kering dan juga dapat membentuk gulungan jika dipilin dan gulungan
akan mudah hancur serta dapat melekat.
- Lempung liat berdebu (sandy-silt-loam) =>
Lempung liat berdebu memiliki rasa licin yang jelas. Dapat membentuk bola
teguh dan gulungan yang mengkilat serta dapat melekat.
- Lempung berliat (clay loam) =>
Lempung berliat akan terasa agak kasar. Dapat membentuk bola agak teguh
bila kering dan membentuk gumpalan bila dipilin tetapi pilinan mudah
hancur. Daya lekatnya sedang.
- Lempung berdebu (Silty Loam) =>
Lempung berdebu akan terasa agak licin. Dapat membentuk bola yang agak
teguh dan dapat melekat.
- Debu (Silt) =>
Debu akan terasa licin sekali. Dapt membentuk bola yang teguh dan dapat
sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilap serta terasa agak lekat.
- Liat berpasir (Sandy-clay) =>
Liat berpasir akan terasa licin tetapi agak kasar. Dapat membentuk bola
dalam keadaan kering. Akan sukar untuk dipijit tetapi mudah digulung serta
memilliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
- Liat berdebu (Silty-clay) =>
Liat berdebu akan terasa agak licin. Dapat membentuk bola dalam keadaan
kering. Akan sukar dipijit tetapi mudah digulung serta memiliki daya lekat
yang tinggi (melekat sekali).
- Liat (clay) =>
Liat akan terasa berat, dapat membentuk bola yang baik. Serta memiliki
daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
Tanah bertekstur halus didominhasi
oleh tanah liat dengan tekstur yang lembut dan licin yang memiliki permukaan
yang lebih halus dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar yang biasanya
berbentuk pasir. Sehingga tanah-tanah yang bertekstur halus memiliki kapasitas
dalam proses penyerapan unsur-unsur hara yang lebih besar dibandingkan dengan
tanah yang bertekstur kasar. Namun, pada tanah bertekstur lembut ini umumnya
lebih subur dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar. Karena banyak
mengandung unsure hara dan bahan organic yang dibutuhkan oleh tanaman serta
mudah dalam menyerap unsur hara.
Sedangkan pada tanah bertekstur
kasar lebih porus dan laju infiiltrasinya lebih cepat. Walaupun demikian tanah
bertekstur halus memiliki kapasitas memegang air yang lebih besar daripada
tanah pasir karena memiliki permukaan yang lebih banyak yang berfungsi dalam
retensi air (water retension). Tanah-tanah bertekstur kasar memiliki makro
porus yang lebih banyak, yang berfungsi dalam pergerakkan udara dan air. Semakin halus tekstur tanahnya maka kapasitas adsorpsi menahan unsur –
unsur hara lebih besar, dan lebih banyak mengandung unsure hara dan bahan
organik yang dibutuhkan tanaman, kapasitas memegang air juga lebih besar sebab
memiliki permukaan yang lebih luas. Sedangkan tanah bertekstur kasar memiliki laju
infiltrasi yang cepat dan lebih porus. Sehingga unsure hara akan ikut hanyut
dan yang tertahan didalam tanah semakin sedikit.
3)
Faktor yang Mempengaruhi Tekstur Tanah
1. Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang minimal permusim atau perperiode,
dan seterusnya, dan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu berjangka
pendek misalnya harian, mingguan, bulanan dan masimal semusim atau seperiode.
Pengaruh curan hujan ialah sebagai pelarut dan pengankut maka air hujan akan
mempengarugi (1) komposisi kimiawi mineral penyusun tanah, (2) kedalaman dan
diferensiasi profil tanah, (3) sifat fsik
tanah. Pengaruh temperature setiap kenaikan temperatur akan meningkatkan
penigkatannya laju reaksi kimiawi menjadi 2x lipat. Meningkatkan pembentukan
dan pelapukan dan pembentukan liat terjadi seiring dengan peningkatannya
temperature.
Hubungan
antara temperature dan pertumbuhan tanaman serta akumulasi bahan organic cukup
kompleks. Kandungan bahan organic tanah adalah jumlah antara hasil penambha
bahan organik + laju mineralisasi bahan organic + kapasitas tanah melidungi
bahan organic dari mineralisasi (liat amorf) (Hanafiah, 2005).
2. Topografi
Topografi
yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu area/wilayah. Perbedaan
topografi akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk. pada daerah lereng infiltras. Sedangkan pada
daerah datar/rendah, menerima kelebihan air yang menyediakan air lebih banyak
untuk proses genesis tanah.
a. Pengaruh
slope/lereng
Kemiringan
dan pandang lereng berpengaruh pada genesis tanah. Semakin tanah curam lereng
makin besar runcff dan eros tanah. Hal yang mengakibatkan terhambatnya genesis
tanah oleh karena pertumbuhan tanaman
terhambat dan sumbangan bahan organik juga lebh kecil, pelapukan menjadi
terhambat begitu pula dengan pembentukan liat. Disamping itu, pencucian dan
eluviasi berkurang. Dengan kata lain tanah lebih tipis dan kurang berkembang di
daerah lereng.
b. Pengaruh
tinggi muka air dan drainase
Tanah
mempunyai drainase baik pada slope yang muka air tanah jauh di bawah permukaan
tanah. Tanah yang berdrainase buruk ditandai dengan muka air yang muncul di
permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya kondisi anerobik dan reduksi. Tanah
yang bedrainase buruk mempunyai horison A biasanya berwarna gelap olh karena
tingginya bahan organik, tapi horison bawah pemukaannya cenderung kelabu
(gray). Tanah berdrainase baik, mempunyai horison A yang warnanya lebih terang
dan horison bawahnya seragam lebih gelap.(Hanafiah, 2005)
3. Organisme Hidup
Fungsi
utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi soil. Humus
akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan
melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali
seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan dan
mencampur bahan organik dengan mineral. Lubang-lubang yang dibuat akan membantu
sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan kimiawi dan mempercepat
pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa membantu
proses pembusukan bahan organik menjadi humus.(Hanafiah, 2005)
4. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang
terus menerus berubah (dinamis) sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang
terus menerus maka tanah tanah yang semakin tua juga akan semakin kurus.
Mineral yang banyak mengandung unsure hara telah habis mengalami pelapukan
sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses
pembentukan tanah yang terus berjalan maka bahan induk tanah berubah berturut
turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua. Tanah muda hasil
pembentukan horizon C dan horizon A. Tanah dewasa yaitu hasil pembentukan
horizon B yang masih muda (Bw). Tanah tua merupakan tanah dari hasil pencucian
yang terus menerus berlanjut sehingga tanah tersebut menjadi kurus dan masam.
Perlu diketahui bahwa tingkat perkebangan
tanah tidak setara dengan tingkat pelapukan tanah. Tingkat perkembangan
tanah berhubungan dengan perkembangan horizon horizon tanah, sedangkan tingkat
pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat pelapukan mineral dalam tanah
(Hardjowigeno, 1992).
5. Bahan Induk
Pembentuk
bahan induk yang terbentuk dari batuan induk keras di dominasi oleh proses
disentegrasi secara fisik dan dekomposisi kimiawi partikel mineral dalam batuan
tersebut. Bahan induk yang berasal dari batu pasir. Pada batu kapur, tanah
terbentuk dari sisa-sisa bahan yang tidak larut setelah kalsium dan magnesium
karbonat terlarut dan terkunci. Liat adalah bahan yang dapat d temui pada batu
kapur, yang kemudian menjadikan tanah bertekstur halus. Bahan induk yang di
turunkan dari sedimen dibawah oleh air angin. Sedimen koluvial terjadi pada lereng terjal dimana gravitasi
adalah kekuatan utama yang menyebabkan gerakan dan sedimentasi.sedimen koluvial
adalah bahan induk yang penting di areal bergunung/berbukit. Sedimen alluvial
biasa ditemui dimana-mana oleh karena penyebaran oleh banjir dan sungai.
Contoh: kebanyakan tanah-tanah pertanian di California terbentuk di lembahdiman
alluvial adalah bahan induk yang dominan. Pengaruh bahan induk terhadap genesis tanah, Perkembangan horison
terutama horison B tergantung pada translokasi partikel halus oleh air. Bahan
induk yang tersusun 100% pasir kuarsa tidak akan hancur untuk mengahasilkan
partikel koloid. Bahan induk yang bertekstur pasir akan mendukung perkembangan
horison bahasa daerah (humid). Bahan induk yang tersusun atas partikel inter
media akan berkembang menjadi berbagai jenis tanah. Tekstur dan struktur tanah
akan mempengaruhi genesis tanah melalui proses infiltrasi dan erosi.
Permeabilitas dan translokasi material dalam air, proteksi dan akumulasi bahan
organik dan ketebalan solum (horison A+B).
B.
Struktur
Tanah
Struktur tanah
merupakan penyusunan partikel tanah pasir, debu dan liat membentuk
aggregat-aggregat dengan bidang belah yang alami. Menurut Suhardi (2007) ialah
susunan agregat primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi
oleh beberapa bidang. Pembentukan struktur sangat tergantung pada bahan primer
(mineral dan organik) yang mengalami sementasi oleh CaCO3 serta Fe
dan Al hidroksida sehingga terbentuk unit struktur yang disebut agregat.
Struktur tanah
merupakan sifat tanah yang penting karena secara tidak langsung dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman berupa peredaran air, udara dan panas,
aktivitas jazad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman, perombakan
bahan organik dan mudah atau tidaknya akar tanaman menembus tanah. Tanah yang berstruktur baik akan
membantu berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan tanaman secara optimal.
Sedangkan tanah berstruktur jelek akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
tanaman. Berhubung struktur tanah sangat berperan penting terhadap berhasilnya
suatu usaha tani, maka peranan struktur tanah dapat disimpulkan sebagai beikut
:
a) Struktur
dapat menentukan produktivitas tanah karena ia mempengaruhi ketersediaan air,
udara tanah dan rejim panas dilapangan.
b) Struktur
tanah dapat berpengaruh terhadap sifat mekanika tanah
c) Struktur
tanah berpengaruh terhadap perkecambahan biji dan pertumbuhan akar
d) Struktur
tanah dapat berpengaruh terhadap operasi pertanian,
pengolahan tanah, irigasi, drainase, dan pertanaman.
1. Macam-macam
Struktur Tanah
a. Struktur
tanah berbutir (granular) :
agregat yang
membulat, biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada
horizon A yang dalam keadaan lepas disebut crumbs atau spherical.
Gambar 2. Struktur Tanah Granular
b. Kubus (Bloky) : Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu
vertikal. Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya
membulat maka disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya dapat
mencapai 10 cm.
Gambar 3. Struktur Tanah Kubus
c. Lempeng (platy) : Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu
vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi
(deposited).
Gambar 3.
Struktur Tanah Lempeng
d. Prisma : Bentuknya jika sumbu vertikal
lebih panjang dari pada sumbu horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu
vertikal. Seringkali mempunyai 6 sisi dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak
terdapat pada horizon B tanah berliat. Jika bentuk puncaknya datar disebut
prismatik dan membulat disebut kolumner.
Gambar 4.
Struktur Tanah Prisma
C.
Konsistensi
Tanah
Konsistensi tanah adalah daya kohesi
dan adhesi diantara partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa
tanah tersebut terhadap perubahan bentuk oleh tekanan atau berbagai kekuatan
yang dapat mempengaruhi. Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan
struktur tanah.
Pentingnya konsistensi tanah ialah
untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman
di lapisan tanah bawahan. Tanah yang bertekstur pasir bersifat tidak lengket,
tidak liat (non plastic) dan lepas-lepas. Sebaliknya tanah bertekstur
lempung-berat pada keadaan basah berkonsistensi sangat lengket, sangat liat dan
bila kering bersifat sangat teguh (kuat) dan keras. Tanah bertekstur geluh (loam) mempunyai sifat diantara tekstur pasir dan
lempung. Perekatan partikel tanah membentuk gumpalan agregat dan mempunyai
konsistensi keras jika kering, disebabkan adanya bahan-bahan perekat,
yaitu lempung itu sendiri kapur atau gamping (CaCO3), silika (SiO2),
sesquioksida (Al dan Fe oksida) dan humus. Kecuali lempung semakin basah makin
kurang daya rekatnya.
Cara menentukan konsistensi di
lapangan ialah dengan cara memijit-mijit tanah, dalam
berbagai keadaan kandungan air seperti keadaan basah (wet),
lembab (moisture) atau kering (dry), biasanya
dengan menggunakan ibu jari dengan telunjuk. Dalam
keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam konsitensi gembur (mudah diolah)
sampai teguh (agak sulit dicangkul). Dalam keadan kering, tanah dibedakan ke
dalam konsistensi
lunak sampai keras. Dalam keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari
plastis sampai tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai
lekat. Dalam keadaan lembab atau kering konsistensi tanah ditentukan denga
meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah
dikatakan berkonsistensi gembur. Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan
remasan tersebut anah dikatakan berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (kering).
Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari (melekat atau
tidak melekat) atau mudah tidaknya membentuk bulatan dan kemampuannya
mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis).
1.
Konsistensi Basah
a. Kelengkatan, yaitu
menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda
lain, ini dibagi 4 kategori (Pairunan, dkk, 1985) :
Tidak Lekat
|
Tidak melekat pada jari tangan
atau benda lain
|
Agak Lekat
|
Sedikit melekat pada jari tangan
atau benda lain
|
Lekat
|
Melekat pada jari tangan atau
benda lain
|
Sangat Lekat
|
Sangat melekat pada jari tangan
atau benda lain
|
b.
Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk
gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut (Hakim, 1986) :
TidakPlastis
|
tidak dapat membentuk gulungan tanah.
|
Agak Plastis
|
hanya dapat dibentuk gulungan tanah
|
Plastis
|
dapat membentuk gulungan tanah dan diperlukan
sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
|
Sangat
Plastis
|
dapat membentuk gulungan tanah dan diperlukan
tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
|
2.
Konsistensi
Lembab
Pada kondisi kadar air
tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 5 kategori sebagai berikut
(Darmawijaya, 1990) :
Lepas
|
tanah tidak
melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah terpisah
|
Sangat Gembur
|
gumpalan tanah
mudah sekali hancur bila diremas.
|
Gembur
|
hanya sedikit
tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
|
Teguh
|
diperlukan
tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan
gumpalan tanah
|
Sangat Teguh
|
diperlukannya
tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan
tanah tersebut.
|
3. Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi
tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 5 kategori sebagai
berikut (Hanafiah, 2005) :
Lepas
|
butir-butir
tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain
|
Lemah
|
gumpalan tanah
mudah hancur bila diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika
ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
|
Agak Keras
|
gumpalan tanah
baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat
tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
|
Keras
|
semakin susah
untuk menekan gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau
makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan
gumpalan tanah.
|
Sangat Keras
|
diperlukan
tekanan yang lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau
gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk hancur.
|
Dua faktor utama yang
mempengaruhi konsistensi tanah, yakni (a) kondisi kelengasan tanah (kering,
lembap, basah) dan (b) tekstur tanah (terutama kandungan lempung). Konsistensi
tanah yang penting untuk menentukan cara pengolahan lahan yang baik, juga penting
bagi penetrasi akar tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah menyimpan
lengas. Ada dua cara penentuan konsistensi tanah: (a) di lapangan dan (b) di
lapisan laboratorium berdasarkan angka-angka Attenberg (Sutanto, 2005).
Konsistensi merupakan bagian dari rheologi.
Rheologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan–perubahan bentuk (deformasi)
dan aliran (flow) suatu benda (Baver, 1959). Sifat–sifat rheologi tanah di
pelajari dengan menentukan angka–angka Atterbarg yaitu angka–angka kadar air
tanah pada beberapa macam keadaan. Angka–angka ini penting dalam menentukan
tindakan pengolahan tanah, karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau
tanah terlalu kering ataupun terlalu basah. Sifat–sifat tanah yang berhubungan
dengan angka Atterberg tersebut adalah:
·
Batas mengalir (liquid
limit). Batas mengalir adalah jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan tanah. Kalau air lebuh banyak tanah bersama air
akan mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan air sehingga tanah bukan
dalam keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah kapasitas lapang (field capacity) yang menunjukan jumlah air terbanyak
yang dapat ditahan dalam keadaan alami atau undisturbed.
·
Batas melekat. Batas melekat adalah kadar air di mana tanah mulai tidak dapat melekat
pada benda lain. Bila kadar air lebih rendah dari batas melekat , maka tanah
tidak dapat melekat, tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas melekat,
maka tanah akan mudah melekat pada benda lain. Bila tanah yang telah mencapai
batas mengalir atau batas melekat tersebut dapat membentuk gulungan atau pita
yang tidak mudah patah bila digolek–golekkan maka dikatakan bahwa tanah itu
plastis. Bila tanah tidak dapat dibentukpita atau gulungan (selalu patah–patah)
maka disebut tidak palstis.
·
Batas menggolek. Batas menggolek adalahn kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak
dapat digolek–golekkan lagi. Kalau digolek–golekkan tanah akan pecah–pecah ke
segala jurusan. Pada kadar air lebih kecil dari batas menggolek tanah sukar
diolah.
·
Indeks Plastisitas (plasticity
index). Indeks plastisitas menunjukan perbedaan kadar air pada batas mengalir
dengan batas menggolek. Tanah–tanah liat umumnya mempunyai indeks plastisitas
yang tinggi sedang tanah–tanah pasir mempunyai indeks plastisitas yang rendah.
·
Jangka Olah. Jangka olah menunjukan besarnya perbedaan kandungan air pada batas
menggolek dengan melekat. Tanah dengan jangka olah yang rendah merupakan tanah
yang lebih sukar diolah daripada tanah yang memilki jangka olah yang tinggi.
Bila jangka olahnya sama, tanah lebih sukar diolah bila indeks plastisitasnya
rendah.
D.
Bulk
Density
Bulk density
atau kerapatan lindak atau bobot isi menunjukkan perbandingan antara berat
tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah.
Bulk
Density
Bulk density
merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk
density, yang berarti makin sulit menerukan air atau ditembus akar tanaman.
Pada umumnya bulk density berkisar dari 1,1-1,6 g/cc. Beberapa jenis tanah
mempunya bulk density kurang dari 0,90 g/cc (misalnya tanah Andisol), bahkan
ada yang kurang dari 0,10 g/cc (misalnya tanah gambut).
Bulk Density (BD) yaitu bobot padatan
(pada kering konstan) dibagi total volume (padatan + pori), BD tanah yang ideal
berkisar antara 1,3 -1,35 g/cm3, BD pada tanah berkisar > 1,65 g/cm3 untuk
tanah berpasir ; 1,0-1,6 g/cm3 pada tanah geluh yang mengandung BO tanah sedang
- tinggi, BD mungkin lebih kecil dari 1 g/cm3 pada tanah dengan kandungan BO
tinggi. BD sangat bervariasi antar horizon tergantung pada tipe dan derajat
agregasi, tekstur dan BO tanah. Bulk density sangat sensitif terhadap
pengolahan tanah . Tanah
yang kandungan bahan organiknya rendah akan menghasilkan tanah yang bulk
densitynya tinggi karena tanah akan semakin padat apabila kekurangan bahan
organik (Marbun, et al, 2013). Tanah-tanah organik memiliki kerapatan
massa yang sangat rendah dibanding dengan tanah-tanah mineral. Variasi-variasi
yang ada perlu diperhatikan tergantung pada bahan organik dan kelembaban tanah
Bulk
density dipengaruhi oleh padatan tanah, pori-pori tanah, struktur, tekstur ketersediaan hara
organik dan pengolahan tanah sehingga dapat dengan cepat berubah akibat
pengolahan tanah dan praktek budidaya. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi
nilai bulk density adalah struktur tanah, dimana tanah yang memiliki struktur
halus maka memiliki nilai bulk density yang rendah. Semakin masuk kedalam
profil tanah, kerapatan massa tanah makin naik. Hal ini akibat dari kandungan
bahan organik yang rendah dan penimbunan alat serta pemadatan yang disebabkan berat
lapisan atasnya.
Contoh tanah yang
digunakan untuk menentukan bobot isi harus diambil dengan hati-hati dari dalam
tanah dan tidak boleh merusak struktur aslinya. Terganggunya struktur asli
tanah bisa mempengaruhi jumlah pori tanah, demikian pula berat per satuan
volume.
E.
Warna Tanah
Warna tanah
merupakan campuran berbagai macam warna sehingga memberikan warna pada tiap
lapisan tanah. Warna tanah dapat menentukan kesuburan suatu tanah. Menurut Hanafiah (2004) warna tanah merupakan
komposit (campuran) dari warna-warna komponen-komponen penyusunnya. Warna tanah
dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu, kuning dan hitam, kadangkala dapat
pula kebiruan atau kehijauan. Pada kondisi tertentu warna sering pula digunakan sebagai indicator
kesuburan atau kapasitas produktivitas lahan, secara umum dikatakan bahwa makin
gelap tanah berarti makin tinggi produktivitasnya, dengan berbagai pengecualian
mempunyai urutan : putih, kuning, kelabu, merah, coklat-kekelabuan,
coklat-kekaratan, coklat dan hitam.
Warna tanah
merupakan karakteristik tanah yang penting karena ( Sutanto, 2005) :
a.
Berhubungan denga
kandungan bahan organik: wana hitam, hitam kecokelatan;
b. Kondisi
pengatusan tanah buruk: kelabu, kehijauan, kekuningan;
c. Tanah
berkembang lanjut: merah;
d. Kandungan
oksida besi dan mangan tinggi: merah, cokelat, hitam kecokelatan;
e. Kandungan
mineral tertentu: limonit berwarna kuning;
f.
Kesuburan tertentu:
bahan organik tinggi (hitam)
Warna tanah ditentukan
dengan menggunakan warna-warna baku yang terdapat dalam baku Munsell Soil Color
Chart. Dalam warna baku ini warna
disusun oleh tiga variabel yaitu : HUE, VALUE, dan CHROMA. HUE adalah warna
spektrum yang dominan sesuai dengan
panjang gelombangnya. VALUE menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan
banyaknya sinar yang dipantulkan. CHROMA menunjukkan kemurnian atau kekuatan
dari warna spektrum.
Gambar 5. Buku Munsel Soil Color Chart
Gambar 6. Hue, Value, dan Chroma
Dalam buku Munsel Soil
Color Chart, hue dibedakan menjadi 5R, 7,5R, 10R, 2,5YR, 5YR, 7,5YR, 10YR,
2,5Y, 5Y, yaitu mulai dari spektrum dominan paling merah (5R) sampai spektrum
dominan paling kuning (5Y). di samping itu sering ditambahkan pula hue untuk
warna-warna tenah tereduksi (gley) yaitu 5G, 5GY, 5GB dan N (netral). Value dibedakan dari 0-8, dimana makin tinggi
value menunjukkan warna makin terang (makin banyak sinar yang dipantulkan).
Chroma juga dibagi dari 0-8, dimana makin tinggi chroma menunjukkan kemurnian
spektrum atau kekuatan warna spectrum makin meningkat.Warna tanah dicatat
dengan menggunakan notasi dalam buku Munsell tersebut, misalnya 7,5 YR 5/4
(coklat). Ini berarti warna tanah mempunyai Hue = 7,5 YR, value = 5, chroma =
4, yang secara keseluruhan disebut berwarna coklat. Contoh lain misalnya 10 R
4/6 (merah), berarti Hue 10R, value = 4, Chroma = 6, yang secara keseluruhan
disebut merah. Bila didalam tanah terdapat lebih dari satu warna, maka semua
warna harus disebutkan dengan menyebutkan pula warna yang dominan. Warna tanah
akan berbeda bila tanah basah, lembab atau kering, sehingga dalam menentukan
warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab
atau kering.
Syarat
penentuan warna di lapangan sebagai berikut
:
a. Tanah
mengandung lengas/lembap atau kondisi kapasitas lapang.
b. Pengamatan
tidak boleh dilakukan di tempat yang terkena sinar matahari langsung atau harus
diamati di tempat yang ternaungi/teduh,
c.
Pengamatan warna tanah
perlu dicatat dalam keadaan basah, lembap, atau kering
F. Porositas
Tanah
Porositas adalah proporsi ruang pori
tanah (ruang kosong) yang terdapat dalam suatu volume tanah yang dapat
ditempati oleh air dan udara , sehingga merupakan indicator kondisi drainase
dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanh yang cukup mempunyai ruang
pori untuk pergerakan air dan udara masuk dan keluar tanah yang secara leluasa
, sebaliknya jika tanah tidak poros (Hakim ,1986).
Porositas tanah adalah kemampuan
tanah dalam menyerap air berkaitannya dengan tingkat kepadatan tanah. Semakin
padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah
semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut
memiliki porositas yang besar. Tanah yang porositasnya baik adalah tanah yang
porositasnya besar karena perakaran tanaman mudah untuk menembus tanah dalam
menvari bahan organik. Selain itu tanah tersebut mampu menahan air hujan
sehingga tanaman tidak selalu kekurangan air. Tetapi jika
porositasnya terlalu tinggi, juga tidak baik, karena air yang diterima tanah
langsung turun ke lapisan berikutnya. Tanah seperti ini kalau musim
kemarau cepat membentuk pecahan yang berupa celah besar di tanah.
1.
Pengaruh Porositas Terhadap
Produktivitas Tanaman
Porositas tanah dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah. Porositas tanah
tinggi kalau bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur granular atau
remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan
struktur massive (pejal). Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori
makro sehingga sulit menahan air.
Porositas tanah merupakan
perbandingan antara volume pori tanah dengan volume total tanah, yaitu
menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu,
dan liat) sampai pada partikel sekunder disebut juga agregat. Struktur dapat
mengubah pengaruh tekstur dengan memperlihatkan hubungan kelembaban dengan
udara. Porositas total tanah juga dapat dikatakan struktur tanah merupakan
gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir
pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti bahan organic,
oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan mempunyai bentuk, ukuran,
kemantapan yang berbeda-beda. Tanah yang baik adalah tanah yang mengandung
udara dan airnya dalam jumlah cukup dan seimbang serta mantap. Hal ini hanya
terdapat pada struktur tanah yang ruang pori-porinya besar, dengan perbandingan
yang sama antara pori-pori makro dan mikro serta tahan pukulan tetes-tetes air
hujan. Dikatakan pula yang paling baik adalah bila perbandingan sama antara
padatan air dan udara.
2.
Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi
Porositas Tanah
Adapun hal–hal yang mempengaruhi
porositas adalah iklim, kelembaban dan struktur tanah. Iklim, suhu,
kelembaban, sifat mengembang dan mengerut sangat mempengaruhi
porositas. Misalnya saja wilayah yang beriklim hujan tropis maka tingkat curah
hujan pada tanah tersebut akan tinggi pada saat tanah tersebut basah maka tanah
tersebut akan mengalami pengembangan dan pori tanah pada saat tersebut akan
banyak terisi oleh air juga akan mempengaruhi kelembaban tanah tersebut yang
nantinya akan berpengaruh pada porositasnya. Sebaliknya pada musim kemarau atau
kering tanah akan mengerut dan pori tanah akan semakin besar tetapi kebanyakan
akan diisi oleh udara, sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap porositas
tanah tersebut. Selain itu, struktur tanah juga akan sangat berpengaruh, karena
sangat bergantung pada kadar liat , pasir, dan debu yang dikandung tanah
tresebut apabila struktur tanah dirusak maka porositas tanah tersebut akan
berubah. Porositas suatu lapisan tanah juga dipengaruhi oleh ada tidaknya
perkembangan struktur granular pada tiap lapisan horizon tanah yang akan
memberikan hasil porositas total yang tinggi dan dapat meningkatkan jumlah pori
mikro dan pori makro suatu lapisan tanah. Sehingga, pada suatu lapisan tanah
dengan struktur remah atau kersai sangat berpengaruh dalam penentuan porositas
karena dengan struktur tanah tersebut umumnya mempunyai porositas yang besar .
Porositas
tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air. Porositas tanah erat kaitanya
dengan tingkat kepadatan tanah (Bulk Density). Semakin padat tanah berarti
semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya
semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas
yang besar. Tinggi rendahnya porositas suatu tanah ini sangat berguna dalam
menentukan tanaman yang cocok untuk tanahtersebut. Bila suatu tanah
dengan porositas rendah dalam artian sulit menyerap air, maka bila kita
menanam tanaman yang tidak rakus air, akan sangat menghambat bahkan
merusak.
Dalam keadaan
air yang lama terserap (hingga tergenang) sementara tanaman yang ditanam
tidak membutuhkan banyak air justru akan menjadikan kondisi lingkungan
mikro di sekitar tanaman menjadi lembab akibatnya akan mempengaruhi
perkembangan penyakit tanaman. Selain itu, tanaman akan mudah rusak bila
tergenang air terlalu lama, karena tanaman tersebut dalam kondisi tercekam
kelebihan air yang dapat menyebabkan pembusukan akar tanaman.
Salah satu pentingnya dilakukan
pengolahan tanah adalah untuk memperbesar porositas tanah. Selain pengolahan
tanah, adapun cara lain yang dilakukan untuk memperbesar porositas tanah yaitu
dengan penambahan bahan organik dan pengolahan tanah secara minimum. Karena
tanah pertanian dengan pengolahan yang intensif cenderung mempunyai ruang pori
rendah, apabila terjadi penanaman secara terus-menerus tanpa adanya pengolahan
tanah maka akan mengurangi pori-pori mikro dan kandungan bahan organik dalam
tanah (Hakim, dkk. 1986).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanah adalah suatu benda alami yang
terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral
sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium
pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan
dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya
waktu pertumbuhan.
Fisika
tanah adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat tanah seperti tekstrur tanah,
struktur tanah, konsistensi, bulk density, porositas tanah, warna tanah dan
lain-lain.
Penerapan
Sistem Agribisnis Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Menurut Mosher (1966)
pertanian adalah sejenis proses produksi yang khas yang didasarkan proses
pertumbuhan tanaman dan hewan yang dilakukan oleh petani dalam suatu usahatani
sebagai suatu perusahaan. Pertanian menjadi sektor yang penting dalam menunjang
perekonomian suatu negara. Berbagai produk pertanian diekspor dan diimpor ke
luar maupun dalam negeri. Dari kegiatan tersebut suatu negara dapat menghidupi
rakyatnya. Negara yang bergerak di sektor pertanian dan di dukung dengan
sumberdaya alam yang melimpah, dapat menjadi negara yang maju dan kaya. Namun,
kenyataannya negara dengan sumberdaya alam yang melimpah justru tertinggal jauh
dari negara yang minim sumberdaya alam seperti Indonesia.
Indonesia merupakan
negara yang kaya akan sumberdaya alam. Tanah yang subur, iklim tropis,
keanekaragaman tumbuhan dan hewan, sangat cocok untuk kegiatan pertanian.
Dengan kekayaan alam tersebut, seharusnya Indonesia mampu menjadi negara yang
maju dengan mengembangkan berbagai macam sektor, salah satunya adalah sektor
pertanian. Namun, kenyataannya Indonesia justru menjadi negara yang berkembang,
sektor pertaniannya belum bisa maju seperti negara Jepang, Belanda, Taiwan dan
Amerika Serikat. Bahkan beberapa produk seperti gula, beras, kedelai, kentang
dan sebagainya Indonesia masih harus mengiimpor dari luar negeri. Padahal
produk-produk seperti itu dapat ditanam di Indonesia. Salah satu masalah mengapa
sektor pertanian Indonesia masih belum bisa maju adalah lemahnya kegiatan
ekspor serta kontinuitas kualitas produk dalam memenuhi kebutuhan pasar. Lemahnya
kegiatan ekspor dan kontinuitas produk dalam memenuhi kebutuhan pasar ini
disebabkan Indonesia masih mengekspor dalam bentuk mentah atau setengah jadi,
kemudian dalam kegiatan ekspor, setiap negara yang menjadi sasaran ekspor
memiliki standar khusus, hal ini yang belum bisa dipenuhi oleh petani
Indonesia. Petani Indonesia belum bisa memastikan kontinuitas kualitas dari
produk yang dihasilkan. Apabila petani mampu memastikan kontinuitas kualitas
dari produk yang dihasilkan akan berdampak pada pendapatan petani itu sendiri.
Dengan kualitas yang bagus, maka harga jual dari produk tersebut bisa lebih
mahal dibandingkan kualitas yang biasa-biasa saja. Pada akhirnya kesejahteraan
petani dapat tercapai dan pertanian di Indonesia dapat menjadi maju seperti
Jepang, Belanda, Taiwan dan Amerika Serikat. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
sistem yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui sektor
pertanian. Salah satunya adalah kegiatan agribisnis.
Agribisnis
merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani, hilir, dan
penunjang. Menurut Pasaribu (1999) dalam Amalia (2006) , batasan agribisnis
adalah sistem yang utuh dan saling terkait di antara seluruh kegiatan ekonomi
(yaitu subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem
agribisnis hilir, subsistem jasa penunjang agribisnis) yang terkait langsung
dengan pertanian. Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari
unsur-unsur kegiatan :(1) pra-panen, (2) panen, (3) pasca-panen dan (4)
pemasaran. Sebagai sebuah sistem, kegiatan agri-bisnis tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait. Apabila satu sistem
agribisnis tidak dapat berjalan, maka akan berpengaruh terhadap sistem yang
lain. Terputusnya salah satu bagian akan menyebabkan timpangnya sistem
tersebut. Sedangkan kegiatan agribisnis melingkupi sektor pertanian, termasuk
perikanan dan kehutanan, serta bagian dari sektor industri. Sektor pertanian
dan perpaduan antara kedua sektor inilah yang akan menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang baik secara nasional (Sumodininggat (2000) dalam Amalia (2006).
Di Indonesia subsistem
hulu, usahatani serta jasa penunjang sudah berkembang seperti pengenalan serta
penerapan penggunaan bibit unggul, pengenalan teknik budidaya, dan kredit bagi
petani. Namun subsistem hilir masih belum berkembang secara maksimal. Padahal
subsistem hilir ini memiliki peranan penting dalam kontinuitas kualitas produk
agar dapat menembus pasar dunia. Di subsistem hilir inilah produk dari
subsistem usahatani tadi akan diolah menjadi produk jadi, setengah jadi, atau
jadi. Salah satu cara untuk menjaga kontinuitas dari kualitas produk yang
dihasilkan yaitu dengan mengembangkan kegiatan agribisnis sesuai dengan
pontensi sumber daya alam yang dimiliki. Misalkan daerah Jawa yang kondisi
tanahnya lebih cocok untuk ditanam komoditas hortikultura, sementara pulau Sumatera
yang kondisi tanahnya lebih cocok untuk ditanam komoditas perkebunan. Dengan
demikian, produk yang dihasilkan oleh masing-masing wilayah mampu bersaing dan
menembus pasar dunia. Pengembangan produk berdasarkan potensi wilayah juga dapat
memberikan kesejahteraan bagi petani. Setiap
peningkatan perkem-bangan agribisnis di daerah akan secara langsung mendorong
pengembangan ekonomi daerah, karena sebagian besar nilai tambah agribisnis akan
tertahan di daerah yang bersangkutan. Selanjutnya peningkatan penda-patan
rakyat di daerah akan menarik perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya di
luar agribisnis, sehingga kesempatan-kesempatan ekonomi baru akan berkembang di
setiap daerah (Amalia 2006). Apabila pertumbuhan ekonomi daerah telah tercapai,
maka pertumbuhan ekonomi nasional juga akan tercapai dan Indonesia dapat
menjadi negara yang maju.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Lia.
2006. Penerapan Agropolitan dan
Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi Daerah.
Jurnal Inovisi. Vol 5 No. 2, Oktober 2006.
Terimakasih atas informasinya.
BalasHapusjangan lupa kunjungi https://ppns.ac.id
Tolong isi kuisionernya, semakin banyak yang ngisi semakin banyak juga balasannya. Terimakasih sudah membantu 🙏🏽
https://bit.ly/38P1KV
makasih yah kakak sangat membantu
BalasHapusbeli emoney