Selasa, 23 Mei 2017

makalah pemisahan dengan cara kromatografi

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam meneliti suatu sampel serta untuk melihat beberapa kandungan yang terdapat didalamnya. Maka dari itu, kita harus tahu cara-cara serta langkah-langkah dalam menentukan kandungan yang terdapat dalam sampel tersebut. Sampel memiliki sifat dan bentuk tertentu yang sulit ditentukan untuk dilihat kandunganya secra spesifik. Maka dari itu, salah satu upaya untuk meneliti kandungan dalam suatu sampel dengan cara kromatografi.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada suatu sampel. Pemisahan ini terdiri dari dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Dikatakan fase gerak karena dalam pemisahan kromatografi ini zat yang berupa cair atau gas yang akan mengangkat sampel melalu fase diam. Dikatakan fase diam karena zat yang berupa padat atau cair yang pada posisi diam dan sebagai tempat melekatnya kandungan sampel yang dibawa oleh fase gerak.
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal ditemukan. Ditinjau dari mekanismenya, kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan ke dalam kromatografi cair-padat kolom terbuka. Kolom umumnya terbuat dari pipa kaca dengan ukuran bervariasi tergantng pada keperluannya, umumnya ukuran panjang kolom minimal 10 kali diameter pipa kaca yang digunakan kolom yang dilengkapi dengan kran untuk mengatur aliran pelarut diatas kran dipasang wol kaca (glass wool) untuk menahan fase diam. Fase diam merupakan absorben yang tidak boleh larut dalam fase gerak,  ukuran partikel fase diam harus seragam. Sebagai fase diam dapat digunakan alumina, silika gel, arang, bauksit, magnesium karbonat, kalsium karbonat, talk, pati, selulosa, gula, dan tanah diatom. Pengisian fase diam dalam kolom dapat dilakukan dengan cara kering dan cara basah. Dalam cara basah  fase diam diubah dulu menjadi bubur lumpur(slurry). Dengan pelarut yang akan digunakan sebagai fase gerak kemudian baru diisikan ke dalam kolom
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pemisahan kandungan yang terdapat dalam sampel menggunakan kromatografi yang melalui fase-fase yang terdapat dalam kromatografi dalam memisahkan nya





















ISI
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan, yang pertama kali dipakai untuk memisahkan zat-zat warna tanaman. Hal ini tersimpul dari istilah yang dipakai- kroma adalah zar warna. Pemisahan dengan teknik ini dijalankan dengan mengadakan manipulasi atas dasar perbedaan sifat-sifat fisik dari zat-zat yang menyusun suatu campuran.(Adnan, 1997)
Kromatografi adalah pemisahan kompomen dari suatu campuran berdasarkan dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam . Fasa diam sebagai pemisah campuran, dan fasa gerak sebagai pembawa campuran.(Fatma, 2009)
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, dimana komponen-komponen yang dipisahkan didistribusikandi antara dua fase, salah satu fase tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas, yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut di sepanjang landasan stasioner.(underwood dan R.A. Day, 2002)
 “Kromatografi relatif teknik baru yang digunakan untuk memisahkan campuran hampir semua memberi, cuaca berwarna atau tidak berwarna, ke konstituennya dan untuk menguji kemurnian dari konstituen” (Rajbir Singh,2002).
Faktor yang mempengaruhi dalam kromatografi:
1.                  Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan harga Rf.
2.                  Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.
3.                  Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.
4.                  Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran juga mempengaruhi kesetimbangan partisi.
5.                  Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap harga Rf mereka. (Khopkar,2002)
Kromatografi pasangan ion (KPI) saat ini merupakan metode alternatif untuk memisahkan Campuran senyawa polar yang bersifat asam ataupun basa, yang ionik maupun yang tidak meng-ion. Pada sistem KPI, senyawa ionik akan membentuk pasangan ion dengan pereaksi pasangan ion dan akan terpartisi di antara fase gerak dan fase diam sebagai spesi netral. Bila tidak ada pereaksi pasangan ion, senyawa ionik tidak diretensi oleh kolom fase balik dan akan ter-elusi secara spontan atau kromato gramnya akan membentuk ekor. Pemisahan dalam KPI sangat dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi pereaksi pasangan ion yang digunakan. Dalam sistem KPI, selain jenis dan konsentrasi pereaksi pasangan ion, pH fase gerak juga sangat menentukan hasil pemisahan. Keasaman (pH) fase gerak sebaiknya dipilih yang dapat menghasilkan ionisasi analit dalam sampel secara maksimum. Pada sistem kromatografi fase balik, perlu diperhatikan bahwa pH yang dapat digunakan untuk penggunaan kolom dengan silika gel sebagai pengikat fase diam adalah antara 2 sampai 7,4.Dengan demikian, untuk memisahkan campuran yang bersifat asam dan basa, baik yang mengion maupun yang tidak mengion, secara KPI perluoptimasi pH fase gerak dan konsentrasi pasangan ion.
            Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatography) Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan kromato grasi kolom pada prinsipnya sama. Apabila suatu cuplikan yang merupakan campuran dari beberapa komponen yang diserap lemah oleh adsorben akan keluar lebih cepat bersama eluen, sedangkan komponen yang diserap kuat akan keluar lebih lama (Hostettman,1995). KLT merupakan suatu teknik pemisahan dengan menggunakan adsorben (fasestasioner) berupa lapisan tipis seragam yang disalutkan pada permukaan bidang datar berupa lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Pengembangan kromatograf iterjadi ketika fase gerak tertapis melewati adsorben (Deinstrop, Elke H,2007 ).
            KLT dapat digunakan jika :
1.                  Senyawa tidak menguap atau tingkat penguapannya rendah.
2.                  Senyawa bersifat polar, semi polar, non polar, atau ionik.
3.                  Sampel dalam jumlah banyak harus dianalisis secara simultan, hemat biaya, dan dalam jangka waktu tertentu.
4.                  Sampel yang akan dianalisis akan merusak kolom pada Kromatografi Cair (KC) ataupun Kromatografi Gas (KG).
5.                  Pelarut yang digunakan akan mengganggu penjerap dalam kolom Kromatografi Cair.
6.                  Senyawa dalam sampel yang akan dianalisis tidak dapat dideteksi dengan metode KC ataupun KG atau memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.
7.                  Setelah proses kromatografi, semua komponen dalam sampel perlu dideteksi (berkaitan dengan nilai Rf).
8.                  Komponen dari suatu campuran dari suatu senyawa akan dideteksi terpisah setelah pemisahan atau akan dideteksi dengan berbagai metode secara bergantian (misalnya pada drug screening).
9.                  Tidak ada sumber listrik. KLT digunakan secara luas untuk analisis solute-solute organic terutama dalam bidang biokimia, farmasi, klinis, forensic, baik untuk analisis kualitatif dengan cara membandingkan nilai Rf solute dengan nilai Rf senyawa baku atau untuk analisis kualitatif.
(Gandjar IG., 2008).
Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya komponen dalam campuran, identifikasi senyawa, memantau berjalannya suatu reaksi, menentukan efektifitas pemurnian, menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta untuk memantau kromatografi kolom, melakukan screening sampel untuk  obat (Gandjar IG, 2008).
Flash Chromatography Column (Sepacore) Flash Chromatography Column dipopulerkan oleh Clark W. Still dari Universitas Columbia pada tahun 1978, sebagai alternatif lain dari kromatografi gravitasi yang lambat dan sering tidak
efisien. Flash chromatography berbeda dari teknik konvensional, yaitu partikel
silika gel yang digunakan sedikit lebih kecil yaitu silica gel 60, 70-230 mesh (63-
200 µm), aliran pelarut terbatas yang disebabkan oleh partikel silika gel kecil,
dan menggunakan tekanan gas nitrogen (ca. 10-15 psi) untuk mendorong pelarut melalui kolom dari fase diam. Hasil akhirnya cepat dengan kromatografi yang beresolusi tinggi. Sepacore flash chromatography menjawab keterbatasan dalam flash chromatography column dengan meningkatkan tekanan sampai dengan 10 bar/145 psi atau 50 bar/725 psi. Sistem kromatografi ini sepenuhnya otomatis termasuk deteksi UV, kolektorfraksi dan perangkat lunak di antara banyak fitur dapat diatur sesuai dengan kebutuhan spesifik pemisahan. Flash chromatography merupakan system pemisahan yang sangat populer sekarang ini, karena sangat mudah untuk dilakukan, fleksibel, dan dapat dikerjakan secara universal (Talamona, 2005).














Kesimpulan
Pemisahan senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya merupakan masalah penting dari pekerjaan di laboratorium kimia. Untuk itu, kemurnian bahan atau komposisi campuran dengan kandungan yang berbeda dapat dianalisis dengan benar. Control kualitas, analisis bahan makanan dan lingkungan, tetapi juga control dan optimasi reaksi kimia dan proses berdasarkan penentuan analitik dari kuantitas material. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparative pada campuran bahan adalah kromatografi.
kromatografi adalah teknik analisis yang diterapkan untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran berdasarkan 2 jenis fase yaitu fase diam (stationer) dan fase gerak (mobil).
Secara umum kromatografi dibagi menjadi :
a.     Kromatografi Cair
·         Kromatografi kertas
·         Kromatografi kolom
·         Kromatografi lapis tipis
·         Kromatografi cair kinerja tinggi
b.     Kromatografi Gas                                 
·         Kromatografi gas-cair
·         Kromatografi gas-padat
Dalam prosedur penganalisisan pada kromatografi ini Setelah komponen terelusi dari kolom, komponen tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan detektor atau dapat dikumpulkan untuk analisis lebih lanjut. Beberapa alat-alat analitik dapat digabungkan dengan metode pemisahan untuk analisis secara on-line (on-line analysis) seperti: penggabungan kromatografi gas (gas chromatography) dan kromatografi cair (liquid chromatography) dengan mass spectrometry (GC-MS dan LC-MS), Fourier-transform infrared spectroscopy (GC-FTIR), dan diode-array UV-VIS (HPLC-UV-VIS).

Daftar Pustaka

Adnan M. 1997, Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan, Andi : Yogyakarta
Deinstrop, Elke. 2007. Applied Thin-Layer Chromatography. 2nd ed. Weinheim: Wiley-VCA hal. 1-2.
Gandjar IG & Abdul R. 2008. Kimia Far-masi Analisis. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Hostettman, 1995.Cara Kromatografi Preparatif”Penggunaan pada Isolasi Senyawa Alam” ITB, Bandung
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
Lestari, Fatma.2009. Bahaya Kimia sampling dan pengukuran kontaminan di udara.EGC : Jakarta
Singh,rajbir.2002. Chromatography. Mittal Publications : New Delhi
Talamona A. 2005. Laboratory Chroma-tography Guide. Büchi Labortech-nik AG.. Switzerland. hal 12.
Underwood, A.L dan Day, R.A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. edisi ke-6.Erlangga : Jakarta








1 komentar: