Sabtu, 27 Mei 2017

LAPORAN EVALUASI PENGOLAHAN TANAH PERTAMA

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kesulitan yang dikehendaki oleh manusia. Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi fisik khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaan tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Disamping itu pengolahan. tanah bertujuan pula untuk ,membunuh gulma dan tanaman yang tidak diingini, menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik, menurunkan laju erosi, meratakan tanah untuk rnemudahkan pekerjaan di lapangan, mempersatukan pupuk dengan tanah, serta menpersiapkan tanah untuk mernpermudahkan pengaturan air irigasi.
Pengolahan tanah tidak hanya merupakan kegiatan lapang untuk memproduksi hasil tanaman, tetapi juga berkaitan dengan kegiatan lainnya seperti penyebaran benih (penanaman bibit), pemupukan, perlindungan tanaman, dan panen. Keterkaitan ini sangat erat sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam pengolahan tanah tidak terlepas dari keberhasilan dalam kegiatan lainnya. Pengolahan tanah mempengaruhi penyebaran dan penanaman benih. Pengolahan tanah dapat juga dilakukan bersamaan dengan pemupukan serta dianggap pula sebagai suatu metoda pengendalian gulma (IPB, 2010).
Secara spesifik cara pengolahan tanah menurut Hardjosentono,et al.,(2000) digolongkan dalam 3 hal,yaitu alat pembuka (primary tillage equipment, alat penghancur (secondary tillage equipment), dan alat perata dan pembedeng ( finishing tillage equipment).
Pada budidaya pertanian, diperlukan beberapa tahap hingga pada akhirnya mencapai proses panen dan proses pasca panen. Dalam proses-proses tersebut yang merupakan proses awal adalah pengolahan lahan. Pada proses ini berfungdi untuk menggemburkan tanah, menghilangkan kotoran-kotoran dan sampah pada tanah. Proses pengolahan lahan meliputi tahap pembajakan dan penggaruan.
Sebagian besar operasi penyiapan lahan diawali oleh pembajakan menggunakan bajak singkal atau bajak piring. Hasil pembajakan dengan kedua bajak ini masih berbongkah-bongkah dan belum siap untuk ditanami. Oleh karena itu, pengolahan tanah perlu dilanjutkan hingga lahan benar-benar siap untuk ditanami. Operasi pengolahan tanah setelah pembajakan dinamakan pengolahan tanah sekunder.


1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum adalah menghitung dan mengevaluasi alat-alat pengolahan tanah pertama dalam pertanian.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan tanah yang baik dapat mengendalikan pertumbuhan gulma dan dapat memperbaiki sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, dan aktivitas biologi dalam tanah. Pengolahan tanah dapat mempengaruhi sifat fisik tanah. Sifat fisik tersebut terutama pembutiran tanah, kemantapan agregat, kandungan lengas, penetrasi air, drainase dan kemampuan air kapiler yang dapat mempengaruhi perkembangan tanaman (Dahono. 1997 didalam Wirasantika dkk. 2015).
Akhir-akhir ini masalah yang utama didalam pembukaan dan pengolahan tanah adalah bagaimana agar didapatkan efisiensi yang optimal. Hal ini dimaksudkan dari pengertian minimal tillage yaitu pengolahan yang seminimal mungkin, tetapi menghasilkan tanah yang baik dan pertumbuhan tanaman yang optimal dengan biaya yang rendah (Suastawa dkk, 2000 didalam Wirasantika dkk. 2015).
Penggunaan traktor sebagai sumber tenaga dalam pengolahan tanah, diharapkan dapat mengurangi waktu dan biaya yang diperlukan untuk proses pengolahan tanah, kapasitas kerja menjadi lebih tinggi dan pendapatan petani bertambah, sehingga dapat dilaksanakan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi yang sempurna (Suastawa dkk. 2000 didalam Wirasantika dkk. 2015).
Pengolahan tanah merupakan salah satu kegiatan utama dalam budidaya tanaman dan kegiatan ini merupakan teknologi pertama kali yang dikenal petani.Kegiatan demikian ini telah dilakukan bertahun-tahun baik pada tanah sawah maupun tanah tegalan. Namun demikian kegiatan pengolahan tanah ini memerlukan biaya yang cukup besar sampai mencapai 20-30 % dari total biaya budidaya tanaman dan dapat meningkatkan produksi hingga 10–13 % (Koolen dan Kuipers. 1983 didalam Wirosoedarmo. 2006).
Pengolahan tanah tidak harus dilakukan pada setiap budidaya tanaman, terutama bagi tanah-tanah yang sudah memenuhi syarat tumbuh tanaman. (Munkholm 2000 didalam Wirosoedarmo. 2006) menyatakan bahwa tanaman dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang remah, gembur dan bergranuler, tetapi akibat pemadatan tanah setelah beberapa periode tanam, diperlukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah mempunyai pengaruh utama pada kandungan air tanah melalui proses infiltrasi, aliran air permukaan dan ketersediaan air untuk tanaman (Zhai et al. 1990. Hill. 1978 didalam Wirosoedarmo. 2006). Kandungan air biasanya lebih tinggi pada tanah yang tidak diolah dari pada tanah yang diolah (Lindstrom et al., 1990; Tollner et al., 1984 dan Negi et al., 1981 didalam Wirosoedarmo. 2006).
Kandungan air tanah pada saat pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil olahan tanah sebagai media tumbuh tanaman. Perubahan sifat fisik tanah akibat pengolahan tanah ditentukan oleh banyaknya air pada saat pengolahan tanah dan alat pengolah tanah yang digunakan. Alat pengolah tanah yang biasa digunakan dalam pengolahan tanah adalah cangkul, linggis, garpu, bajak singkal, bajak piringan, bajak rotary dan garu. Umumnya pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk memotong dan membalik tanah hasil olahan tanah serta mengendalikan gulma, sedangkan untuk menghancurkan bongkahan tanah dilakukan dengan penggaruan. Namun demikian kedua pengolahan tanah ini dapat dilakukan dengan satu kali kerja dengan hasil olahan yang siap ditanami dan cara ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan bajak rotary karena hasil olahan tanah mempunyai diameter agregat kecil dan seragam (Koewenhoven dan Kroesbergen, 1986 didalam Wirosoedarmo. 2006).
Bajak rotary memotong tanah secara bebas oleh pisau rotary dan dipindahkan ke belakang selama proses pemotongan tanah dengan cara melemparkannya sedemikian rupa sehingga berada dibelakang alat pengolah. Keuntungan menggunakan bajak rotary untuk mengolah tanah adalah adanya rotasi alat yang dapat mendorong traktor ke depan, sehingga tidak diperlukan daya tarik (Kuipers. 1983 didalam Wirosoedarmo. 2006). Hasil olahan tanah yang diperoleh dari penggunaan bajak rotary berbeda dengan alat-alat pengolah tanah yang lain terutama kondisi fisik tanah hasil olahan yang seragam dengan ukuran agregat relative kecil dan waktu yang digunakan lebih singkat.
Traktor roda dua sudah lama dikenal oleh petani di Indonesia. Jenis traktor ini semakin banyak digunakan khususnya dalam pengolahan tanah oleh para petani sebagai usaha untuk meningkatkan produktivitas. Hal ini terlihat dengan semakin bertambahnya jumlah traktor di lapangan untuk penyiapan lahan. Data terakhir diketahui bahwa populasi traktor tangan di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 501.433 unit dengan luas lahan 7.890.000 ha (BPS 2013 didalam Mardinata dkk. 2014).
Traktor roda dua (two wheel drive tractor) atau traktor tangan (hand tractor) adalah mesin pertanian yang dapat dipergunakan untuk mengolah tanah dan pekerjaan pertanian lainnya. Untuk kegiatan pengolahan tanah, mesin ini mempunyai efi siensi yang tinggi, karena pembalikan dan pemotongan tanah dapat dikerjakan dalam waktu bersamaan
(Hardjosentono dkk. 1985 didalam Mardinata dkk. 2014).
Bila dilihat dari segi ekonomis, penggunaan traktor roda dua di Indonesia khususnya di Provinsi Riau lebih unggul dan lebih efektif karena lahan pertanian di Riau pada umumnya merupakan lahan kecil dan sempit.
Tujuan pengolahan tanah dengan traktor adalah untuk menciptakan keadaan fi sik tanah yang sesuai, untuk pertumbuhan tanaman dengan memanfaatkan peralatan yang bekerja secara mekanis dan berkapasitas besar. Pengolahan tanah pertama (primary tillage) adalah suatu tahap pengolahan tanah dalam mempersiapkan tanah untuk pertanaman dan membersihkan tumbuhan pengganggu, dimana pada tahap ini tanah dipotong, dilonggarkan, dan dibalik. Alat yang digunakan antara lain adalah bajak piring atau bajak singkal (Yunus. 2004 didalam Mardinata dkk. 2014).
Pola pengolahan tanah erat hubungannya dengan waktu yang hilang karena belokan selama pengolahan tanah. Pola pengolahan harus dipilih dengan tujuan untuk memperkecil sebanyak mungkin pengangkatan alat untuk mengurangi sebanyak mungkin waktu berbelok karena pada waktu diangkat alat itu tidak bekerja. Oleh karena itu harus diusahakan bajak atau garu tetap bekerja selama waktu operasi di lapangan. Makin banyak pengangkatan alat pada waktu belok, makin rendah efesiensi kerjanya.
Pola pengolahan tanah yang banyak dikenal dan dilakukan adalah pola bolak-balik rapat, pola berkeliling, pola spiral, pola tepi, pola tengah, dan pola alfa. Pola spiral paling banyak digunakan karena pembajakan dilakukan terus menerus tanpa pengangkatan alat (Rizaldi, 2006 didalam Mardinata dkk. 2014).
Prayudyanto dkk. (2008) didalam Mardinata dkk. (2014), menyatakan bahwa kecepatan kendaraan dan konsumsi BBM mempunyai hubungan yang kuat. Semakin cepat maju traktor maka konsumsi BBM akan semakin meningkat pula. Tingginya kecepatan traktor dikarenakan piston lebih banyak membakar BBM. Semakin banyak BBM yang dibakar maka semakin banyak tenaga yang dihasilkan sehingga semakin cepat kenderaan bergerak.
Tenaga penggerak yang diperlukan untuk mengoperasikan traktor roda dua berasal dari pembakaran solar. Selain dengan menggunakan bahan bakar alternatif untuk meningkatkan kualitas kinerja pada traktor roda dua, maka dapat juga dilakukan dengan pengefesienan penggunaan bahan bakar pada traktor tangan tersebut. Oleh karena itu perlu penelitian untuk mengetahui berapa komsumsi bahan bakar (solar) pada traktor dalam mengolah tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung besarnya kebutuhan bahan bakar dan kapasitas kerja traktor tangan dengan alat pengolah tanah bajak singkal tunggal dengan variasi berbagai kedalaman pembajakan dan kecepatan pengolahan tanah.
Untuk mendukung ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis, pembangunan pertanian diarahkan pada lahan-lahan yang berada di luar pulau Jawa, karena luas lahan masih sangat memungkinkan untuk dikembangkannya usahatani.
Kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi peningkatan alih fungsi lahan subur untuk berbagai keperluan non pertanian maupun permintaan akan hasil pertanian adalah mengembangkan pertanian pada lahan marjinal seperti lahan pasang surut (Mulyana. 1992 didalam Umar. 2013). Masalah utama dalam pengembangan pertanian di lahan pasang surut adalah terbatasnya modal dan tenaga kerja. Alternatif pemecahan masalah tersebut adalah mengembangkan alat dan mesin pertanian (alsintan) pra dan pascapanen tepat guna (Ananto. 2001 didalam Umar. 2013).
Saat ini hampir semua teknologi mekanisasi pertanian yang ditemukan dan dibuat sudah dikenal, diketahui dan digunakan oleh para petani kita seperti hand tractor, pompaair, power thresher (mesin perontok), bed dryer (mesin pengering), Rice Milling Unit (RMU/Huller) dan lain-lain. Persoalannya adalah hampir semua teknologi tersebut dibuat atau diperuntukkan untuk usahatani padi. Umumnya pertanian di Indonesia masih didominasi oleh usahatani padi, sehingga kebijakan mekanisasi pertanian kita masih berorientasi pada usahatani padi tersebut.
Selain untuk meningkatkan luas garapan dan intensitas tanam, alsintan berperan juga untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani, menekan kehilangan hasil dan meningkatkan mutu dan nilai tambah produk pertanian serta memperluas kesempatan kerja di pedesaan melalui terciptanya agribisnis terpadu yang pada akhirnya akanmemacu kegiatan ekonomi di pedesaan (Manwan dan Ananto. 1994 didalam Umar. 2013).
Penggunaan traktor saat ini sudah menjadi kebutuhan utama petani untuk mengolah tanah, mengingat pengolahan tanah dengan tenaga buruh dianggap menjadi semakin mahal seiring dengan kurangnya ketersediaan tenaga kerja karena telah beralih profesi ke non pertanian serta meningkatnya upah buruh disamping lamanya waktu pengolahan tanah. Kekurangan tenaga kerja yang disertai dengan naiknya upah tersebut mendorong petani untuk menggunakan tenaga traktor.
Pengolahan tanah terhadap setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang ditujukan menciptakan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tujuan utama pengolahan tanah adalah menyediakan tempat tumbuh bagi benih, menggemburkan tanah pada daerah perakaran, membalikkan tanah sehingga sisa-sisa tanaman terbenam di dalam tanah dan memberantas gulma.
            Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul. Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah. Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan ketebalan lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman padi lebih kurang 18cm bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam lagi sekitar 20 cm (Smith dan Wilkes. 1990 didalam Butar butar dkk. 2015).
            Ada dua macam kapasitas pengolahan tanah yaitu kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif. Kapasitas lapang teoritis adalah kemampuan kerja suatu alat di dalam suatu bidang tanah, jika mesin berjalan maju sepenuh waktunya (100% ) dan alat tersebut bekerja dalam lebar maksimum (100% ). Waktu teoritis untuk setiap luasan adalah waktu yang digunakan untuk kapasitas lapang teoritis. Kapasitas lapang efektif atau aktual adalah rata-rata dari kemampuan kerja alat di lapangan untuk menyelesaikan suatu bidang tanah. Kapasitas dari alat-alat pertanian dapat dinyatakan dalam acre perjam atau hektar per jam (Daywin. et al. 2008 didalam Butar butar dkk. 2015). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi pengolahan lahan sawah dengan menggunakan traktor roda dua, menghitung kapasitas lapang efektif, efisiensi lapang, konsumsi bahan bakar, dan biaya produksi untuk pengolahan lahan dengan beberapa alat pengolahan tanah sawah.




























III. BAHAN DAN METODE

3.1.  Waktu dan Tempat

            Praktikum ini dilakukan setiap hari jum’at, pukul 15.30 s/d 17.30  WIB di setiap minggu ganjil.
            Tempat yang digunakan pada praktikum ini adalah di Laboratorium Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi.

3.2. Alat dan Bahan

Adapaun alat yang digunakan adalah traktor tangan, implement bajak singkal, meteran, stopwatch dan patok. Bahan yang digunakan adalah petakan lahan untuk percobaan dan bahan bakar.

3.3. Prosedur Praktikum
           
a. Dientukan luas lahan (A; m2)
1.      Dibuat petakan lahan untuk melakukan percobaan.
2.      Diukur panjang (p, m) dan lebar (l, m) dari petakan lahan dengan meteran
3.      Dihitung luas petakan lahan tersebut (A; m2) dengan rumus :
A = p x l                      (1)

b. Ditentukan kecepatan maju traktor (Vt; m/s)
1.      Dibuat lintasan untuk melakukan percobaan sepanjang 20 m (s, m).
2.      Dibuat patok dari awal sampai akhir pada lintasam traktor tersebut.
3.      Dihidupkan traktor
4.      Dibuat kecepatan maju traktor pada gigi Low-1.
5.      Disiapkan stopwatch untuk melakukan pengukuran waktu (t; s)
6.      Dijalankan traktor dari patok awal hingga patok akhir
7.      Dicatat waktu tempuh traktor sepanjang lintasan 20 m tersebut.
8.      Diulang percobaan tersebut 3 kali.
9.      Dihitung kecepatan traktor (Vt, m/s) dengan rumus :
Vt = s                          (2)
                                                                     t

c. Ditentukan kapasitas lapangan teoritis (KLT, ha/jam)
1.      Ditentukan jenis alat/implement pengolahan tanah pertama.
2.      Diukur panjang dari implement pengolahan tanah pertama (Lt, m)
3.      Dihitung kapasitas lapangan teoritis (KLT, ha/jam) dengan rumus :
KLT = 3600 x Lt x Vt                       (3)
                                                                  10000
d. Ditentukan kapasitas lapangan aktual (KLA, ha/jam)
1.      Dibuat petakan lahan untuk melakukan percobaan.
2.      Dihitung luasnya seperti pada prosedur A.
3.      Dibuat patok dari luas lahan yang kan diolah.
4.      Dipasang implement pengolahan pertama pada traktor
5.      Dihidupkan traktor
6.      Dibuat kecepatan maju traktor pada gigi Low-1.
7.      Disiapkan stopwatch untuk melakukan pengukuran waktu selama traktor melakukan pengolahan pada luasan tanah tersebut (T; s)
8.      Dijalankan traktor pada luasan lahan tersebut
9.      Dicatat waktu pengolahan tanah menggunakan traktor pada luasan lahan tersebut (T; s).
10.  Dihitung kapasitas lapangan aktual (KLA, ha/jam) dengan rumus :
KLE = A        (4)
                                                                        T

e. Dihitung efisiensi lapangan (η, %)
Efisiensi lapangan (η, %) dapat dihitung dengan rumus :
                                                η = KLE x 100%                   (5)
                                                       KLT

f. Dihitung slip roda traktor (S, %)
1.      Dibuat lintasan untuk melakukan percobaan sepanjang 20 m (s, m).
2.      Dipasang implement pengolahan pertama pada traktor
3.      Diukur diameter roda traktor (Droda; m)
4.      Ditandai roda traktor pada salah satu sisi roda
5.      Dihidupkan traktor
6.      Dibuat kecepatan maju traktor pada gigi Low-1.
7.      Dioperasikan traktor dan perhatikanlah tanda yang telah diberi pada roda traktor
8.      Setiap tanda yang telah diberi pada roda traktor melakukan rotasi 360°, diberi tanda di lahan percobaan.
9.      Diukur panjang lintasan roda yang telah melakukan rotasi 360° (La, m)
10.  Dilakukan disepanjang lintasan 20 m.
11.  Slip roda (S, %) dihitung dengan rumus :
S = (π x Droda) – La  x 100 %         (6)
                                          La

g. Dihitung luas lahan (A, m2), kecepatan masju traktor (Vt, m/s), kapasitas lapangan teoritis (KLT, ha/jam), kapasitas lapangan aktual (KLA, ha/jam), efisiensi lapangan (η, %) dan slip traktor (S, %) dari data dibawah ini.

Lebar bajak : 50 cm
Waktu untuk menempuh jarak 20 m : 56.83 s, 55.01 s, 64.30 s.
Waktu untuk meyelesaikan lahan tersebut adalah 06:03 menit.
Diameter roda traktor adalah 58 cm.
Panjang lintasan roda yang telah melakukan rotasi 360° sebanyak 1 kali adalah : 315.24 cm, 314,78 cm, 315,90 cm.
















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Waktu mulai    : 14 : 11 : 00
Waktu selesai  : 14 : 13 : 57
Panjang kerja   : 20 M
Lebar kerja      : 1.5 M

Alur

Lebar kerja
Waktu tempuh (20m)
Waktu belok
Kecepatan maju
1
1.5 m
23.00
8.65
0.870
2
1.5 m
24.35
12.30
0.821
3
1.5 m
26.78
12.96
0.747
4
1.5 m
32.43
12.80
0.617
5
1.5 m
24.52
-
0.816
Total
7.5 m

46.71
0.7734

Ditentukan :    a. Kapasitas lapang efektif
                        b. Kapasitas lapang teoritis
                        c. Efisiensi lapang
                        d. Slip
Penyelesaian :
·         Luas lahan (A)            = Panjang kerja x Lebar kerja
= 20 M x 7.5 M
= 150 M2
= 150 M2 : 10.000 = 0.015 ha

·         Waktu kerja (T)           = Waktu selesai – Waktu mulai
= 14 : 13 : 57 – 14 : 11 : 00
= 2 menit : 57 detik
= 0.033 : 0.015
= 0.048 detik

a.       Kapasitas lapang efektif (KLE)
KLE    = A
                T
            = 0.015
    0.048
            = 0.3125 ha/jam


b.      Kapasitas lapang teoritis
KLT    = 3600 x Lt x Vt
                                 10.000
                        = 3600 x 1.5 x 0.773
                                    10.000
                        = 4174.2
                           10.000
                        = 0.417 ha/jam

c.       Efesiensi lapang
µ          = KLE  x  100%
                           KLT
                        = 0.3125  x  100%
                            0.417
                        = 0.748 x 100%
                        = 74.8

Diameter roda traktor adalah 29.2 cm. Panjang lintasan roda yang telah melakukan rotasi 360 diputar 5 kali adalah 310.12 cm, 308.88 cm, 309.90 cm. Hitunglah slip dari alat pengolahan tanah tersebut !

Penyelesaian :
            Dik      : Diameter roda           : 29.2 cm
                          r. rata-rata                  : 14.6 cm
                          La                              : 310.12 cm
                                                            : 308.88 cm
                                                            : 309.90 cm
            Dit       : Slip... ?
            Peny    :
                         310.12 cm + 308.88 cm + 309.90 cm
                                                    3
                        La  = 309.63 cm

                        K = 2 x π x r
                            = 2 x 3.14 x 14.6
                            = 91.688 cm x 5
                            = 458.44 cm

                    Slip = Keliling – La
                                       La
                            = 458.44 – 309.63  x  100 %
                                      309.63
                            = 48.06 %



4.2.  Pembahasan

            Dari hasil perhitungan, didapat nilai kapasitas lapang efektif adalah 0.3125 ha/jam. Nilai ini menunjukkan bahwa alat pengolahan tanah yang digunakan cukup efektif. Apabila waktu semakin cepat, maka mesin pengolahan tanah yang digunakan dapat dikatakan efektif untuk meyelesaikan pekerjaan pengolahan tanah.
Pada perhitungan kapasitas lapang teoritis didapatkan hasil dari perhitungan KLE = 3600 x Lt (Lebar kerja) x Vt (Kecepatan maju) / 10000, sehingga diperoleh hasil 0.417 ha/jam.
Pada efisiensi lapang pengolahan tanah didapatkan hasil dengan persentase 75%. Ini diperoleh dengan cara perbandingan antara kapasitas lapang teoritis (KLT) dengan kapasitas lapang efektif (KLE). Hasil yang didapatkan adalah 75% dengan cara menggunakan rumus (kapasitas lapang efektif (KLE) / kapasitas lapang teoritis (KLT) x 100%). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa efesiensi lapang pengolahan tanah hanya tergantung dari kapasitas lapang efektif dan kapasitas lapang teoritis.
Dan pada slip roda, didapatkan hasil perhitungan dengan 5 kali slip putaran roda. Hasil yang diperoleh adalah 75% yang menunjukkan bahwa kondisi baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yunus (2004) yang menyatakan bahwa kondisi efisiensi 53.26% sangat rendah. Efisiensi suatu traktor tergantung dari kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif (Yunus 2004).
            Ada dua macam kapasitas pengolahan tanah yaitu kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif. Kapasitas lapang teoritis adalah kemampuan kerja suatu alat di dalam suatu bidang tanah, jika mesin berjalan maju sepenuh waktunya (100% ) dan alat tersebut bekerja dalam lebar maksimum (100% ). Waktu teoritis untuk setiap luasan adalah waktu yang digunakan untuk kapasitas lapang teoritis. Kapasitas lapang efektif atau aktual adalah rata-rata dari kemampuan kerja alat di lapangan untuk menyelesaikan suatu bidang tanah. Kapasitas dari alat-alat pertanian dapat dinyatakan dalam acre perjam atau hektar per jam (Daywin,et al, 2008).

















V. KESIMPULAN

1.      Nilai kapasitas lapang efektif dari alat pengolahan tanah pertama adalah 0.3125 ha/jam, untuk nilai kapasitas lapang teoritis adalah 0.417 ha/jam, dan untuk slip pada roda traktor adalah 2.14%.
2.      Efisiensi penggunaan alat pengolahan tanah pertama adalah 75% yang erarti baik.

3.      Slip pada roda traktor pada pengolahan tanah pertama adalah 2.14%.


DAFTAR PUSTAKA
Ivan Yolessa Butar Butar. Lukman Adlin Harahap. Saipul Bahri Daulay. 2015. Efisiensi Lapanag dan Biaya Produksi Beberapa Alat Pengolahan Tanah Sawah di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Keteknikan Pertanain. Vol. 3. No. 3. 382-388.
Mardinata, Zulias. Zulkifli. 2014. Analisis Kapasitas Kerja dan Kebutuhan Bahan Bakar Traktor Tangan Berdasarkan Variasi Pola Pengolahan Tanah, Kedalaman Pembajakan dan Kecepatan Kerja. Jurnal AGRITECH. Vol. 34. No. 3. 354-358.
Umar, Sudirman. 2013. Pengelolaan dan Pengembangan Alsintan Untuk Mendukung Usahatani Padi di Lahan Pasang Surut. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 8. No. 2. 37-48.
Wirasantika B.Wahyunanto,A, N. Bambang, D, A. 2015. Uji Kinerja Traktor Roda Empat Tipe Iseki TG5470 Untuk Pengolahan Tanah Menggunakan Bajak Rotary Pada Lahan Lempung Berpasir. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. Vol. 3. No. 2. 148-153.
Wirosoedarmo, Ruslan. 2006. Pengaruh Kandungan Air Tanah dan Putaran Bajak Rotary Terhadap Karakteristik Tanah Terbajak. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 7. No. 2. 106-112.


2 komentar:

  1. Halo, saya Helena Julio dari Ekuador, saya ingin berbicara tentang Layanan Pendanaan Le_Meridian tentang topik ini.Le_Meridian Layanan Pendanaan memberi saya dukungan keuangan ketika semua bank di kota saya menolak permintaan saya untuk memberi saya pinjaman 500.000,00 USD, saya mencoba semua yang saya bisa untuk mendapatkan pinjaman dari bank-bank saya di sini di Ekuador tetapi mereka semua menolak saya karena kredit saya rendah tetapi dengan rahmat Tuhan saya jadi tahu tentang Le_Meridian jadi saya memutuskan untuk mencoba mengajukan permohonan pinjaman. dengan insya Allah mereka memberi saya pinjaman 500.000,00 USD permintaan pinjaman yang ditolak bank-bank saya di sini di Ekuador, sungguh luar biasa melakukan bisnis dengan mereka dan bisnis saya berjalan dengan baik sekarang. Berikut adalah Email Investasi Pendanaan Le_Meridian / Kontak WhatsApp jika Anda ingin mengajukan pinjaman dari mereka.Email:lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.comWhatsApp Contact: 1-989-394-3740.

    BalasHapus