I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha
manusia untuk merubah
sifat-sifat
yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kesulitan yang dikehendaki
oleh manusia. Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan
tujuan untuk menciptakan kondisi fisik
khemis dan biologis tanah yang lebih baik
sampai
kedalaan tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Disamping itu
pengolahan. tanah bertujuan pula untuk ,membunuh gulma dan tanaman yang tidak
diingini, menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai
agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik, menurunkan laju
erosi, meratakan tanah untuk rnemudahkan pekerjaan di
lapangan, mempersatukan pupuk dengan tanah, serta menpersiapkan tanah untuk mernpermudahkan
pengaturan air irigasi.
Pengolahan tanah tidak hanya merupakan kegiatan lapang untuk
memproduksi hasil tanaman, tetapi juga
berkaitan
dengan kegiatan lainnya seperti penyebaran benih
(penanaman
bibit), pemupukan, perlindungan tanaman, dan
panen.
Keterkaitan ini sangat erat sehingga tujuan yang ingin dicapai
dalam pengolahan tanah tidak terlepas dari keberhasilan dalam
kegiatan lainnya. Pengolahan tanah mempengaruhi
penyebaran
dan penanaman benih. Pengolahan tanah dapat
juga
dilakukan bersamaan dengan pemupukan serta dianggap pula sebagai
suatu metoda pengendalian gulma (IPB, 2010).
Secara spesifik
cara pengolahan tanah menurut Hardjosentono,et al.,(2000) digolongkan dalam 3 hal,yaitu alat pembuka (primary tillage equipment, alat
penghancur (secondary tillage
equipment), dan alat perata dan pembedeng ( finishing tillage equipment).
Pada
budidaya pertanian, diperlukan beberapa tahap hingga pada akhirnya mencapai
proses panen dan proses pasca panen. Dalam proses-proses tersebut yang merupakan
proses awal adalah pengolahan lahan. Pada proses ini berfungdi untuk
menggemburkan tanah, menghilangkan kotoran-kotoran dan sampah pada tanah.
Proses pengolahan lahan meliputi tahap pembajakan dan penggaruan.
Sebagian
besar operasi penyiapan lahan diawali oleh pembajakan menggunakan bajak singkal
atau bajak piring. Hasil pembajakan dengan kedua bajak ini masih
berbongkah-bongkah dan belum siap untuk ditanami. Oleh karena itu, pengolahan
tanah perlu dilanjutkan hingga lahan benar-benar siap untuk ditanami. Operasi
pengolahan tanah setelah pembajakan dinamakan pengolahan tanah sekunder.
1.2. Tujuan
Tujuan dari
praktikum adalah menghitung dan mengevaluasi alat-alat pengolahan tanah pertama
dalam pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengolahan tanah
yang baik dapat mengendalikan pertumbuhan gulma dan dapat memperbaiki sifat
fisik tanah, sifat kimia tanah, dan aktivitas biologi dalam tanah. Pengolahan
tanah dapat mempengaruhi sifat fisik tanah. Sifat fisik tersebut terutama
pembutiran tanah, kemantapan agregat, kandungan lengas, penetrasi air, drainase
dan kemampuan air kapiler yang dapat mempengaruhi perkembangan tanaman (Dahono. 1997 didalam Wirasantika dkk. 2015).
Akhir-akhir ini
masalah yang utama didalam pembukaan dan pengolahan tanah adalah bagaimana agar
didapatkan efisiensi yang optimal. Hal ini dimaksudkan dari pengertian minimal tillage
yaitu pengolahan yang seminimal mungkin, tetapi menghasilkan tanah yang
baik dan pertumbuhan tanaman yang optimal dengan biaya yang rendah (Suastawa
dkk, 2000 didalam Wirasantika dkk.
2015).
Penggunaan
traktor sebagai sumber tenaga dalam pengolahan tanah, diharapkan dapat
mengurangi waktu dan biaya yang diperlukan untuk proses pengolahan tanah,
kapasitas kerja menjadi lebih tinggi dan pendapatan petani bertambah, sehingga
dapat dilaksanakan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi yang sempurna
(Suastawa dkk. 2000 didalam Wirasantika dkk. 2015).
Pengolahan tanah merupakan salah satu
kegiatan utama dalam budidaya tanaman dan kegiatan ini merupakan teknologi
pertama kali yang dikenal petani.Kegiatan demikian ini telah dilakukan
bertahun-tahun baik pada tanah sawah maupun tanah tegalan. Namun demikian
kegiatan pengolahan tanah ini memerlukan biaya yang cukup besar sampai
mencapai 20-30 % dari total biaya
budidaya tanaman
dan dapat meningkatkan produksi hingga 10–13 % (Koolen dan Kuipers. 1983
didalam Wirosoedarmo. 2006).
Pengolahan tanah tidak harus dilakukan
pada setiap budidaya tanaman, terutama bagi tanah-tanah yang sudah memenuhi
syarat tumbuh tanaman. (Munkholm 2000 didalam Wirosoedarmo. 2006) menyatakan bahwa tanaman
dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang remah, gembur dan bergranuler,
tetapi akibat pemadatan tanah setelah beberapa periode tanam, diperlukan
pengolahan tanah. Pengolahan tanah mempunyai pengaruh utama pada kandungan
air tanah melalui proses infiltrasi, aliran air permukaan dan ketersediaan
air untuk tanaman (Zhai et al.
1990. Hill. 1978 didalam Wirosoedarmo. 2006). Kandungan air biasanya lebih tinggi
pada tanah yang tidak diolah dari pada tanah yang diolah
(Lindstrom et al., 1990; Tollner et al., 1984 dan Negi et al., 1981 didalam Wirosoedarmo. 2006).
Kandungan air tanah pada saat pengolahan
tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil olahan
tanah sebagai media tumbuh tanaman. Perubahan sifat fisik
tanah akibat pengolahan tanah ditentukan oleh banyaknya air pada
saat pengolahan tanah dan alat pengolah tanah yang
digunakan. Alat pengolah tanah yang
biasa
digunakan dalam pengolahan tanah
adalah
cangkul, linggis, garpu, bajak singkal, bajak piringan, bajak
rotary dan garu. Umumnya pengolahan tanah dilakukan
dengan tujuan untuk memotong dan membalik tanah hasil olahan
tanah serta mengendalikan gulma, sedangkan untuk
menghancurkan bongkahan tanah dilakukan dengan penggaruan. Namun demikian
kedua pengolahan tanah ini dapat
dilakukan
dengan satu kali kerja dengan hasil olahan yang siap ditanami dan
cara ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan bajak rotary
karena hasil olahan tanah mempunyai diameter agregat kecil dan seragam
(Koewenhoven dan Kroesbergen, 1986 didalam Wirosoedarmo. 2006).
Bajak rotary memotong tanah secara bebas oleh
pisau rotary dan dipindahkan ke belakang selama proses pemotongan
tanah dengan cara melemparkannya sedemikian rupa
sehingga berada dibelakang alat pengolah. Keuntungan menggunakan
bajak rotary untuk mengolah tanah adalah adanya rotasi alat
yang dapat mendorong traktor ke depan, sehingga tidak diperlukan
daya tarik (Kuipers.
1983 didalam Wirosoedarmo. 2006). Hasil olahan tanah yang
diperoleh dari penggunaan bajak rotary berbeda dengan alat-alat
pengolah tanah yang lain terutama kondisi fisik tanah hasil olahan
yang seragam dengan ukuran agregat relative kecil dan waktu
yang digunakan lebih singkat.
Traktor roda dua sudah lama dikenal oleh petani di Indonesia.
Jenis traktor ini semakin banyak digunakan
khususnya
dalam pengolahan tanah oleh para petani sebagai
usaha untuk
meningkatkan produktivitas. Hal ini terlihat
dengan
semakin bertambahnya jumlah traktor di lapangan
untuk
penyiapan lahan. Data terakhir diketahui bahwa populasi traktor
tangan di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 501.433 unit dengan
luas lahan 7.890.000 ha (BPS 2013
didalam Mardinata dkk. 2014).
Traktor roda dua (two wheel drive tractor) atau
traktor
tangan (hand tractor) adalah
mesin pertanian yang dapat dipergunakan untuk mengolah tanah dan pekerjaan pertanian
lainnya. Untuk kegiatan pengolahan tanah, mesin
ini
mempunyai efi siensi yang tinggi, karena pembalikan dan pemotongan
tanah dapat dikerjakan dalam waktu bersamaan
(Hardjosentono
dkk. 1985 didalam Mardinata dkk. 2014).
Bila dilihat dari segi ekonomis, penggunaan traktor
roda dua di Indonesia khususnya di Provinsi Riau lebih
unggul dan lebih efektif karena lahan pertanian di Riau pada
umumnya merupakan lahan kecil dan sempit.
Tujuan pengolahan tanah dengan traktor adalah untuk menciptakan
keadaan fi sik tanah yang sesuai, untuk pertumbuhan tanaman
dengan memanfaatkan peralatan yang bekerja secara
mekanis dan
berkapasitas besar. Pengolahan tanah pertama
(primary tillage) adalah suatu tahap pengolahan tanah dalam
mempersiapkan
tanah untuk pertanaman dan membersihkan
tumbuhan
pengganggu, dimana pada tahap ini tanah dipotong,
dilonggarkan,
dan dibalik. Alat yang digunakan antara lain
adalah bajak
piring atau bajak singkal (Yunus. 2004 didalam Mardinata dkk. 2014).
Pola pengolahan tanah erat hubungannya dengan waktu yang
hilang karena belokan selama pengolahan
tanah. Pola
pengolahan harus dipilih dengan tujuan untuk
memperkecil
sebanyak mungkin pengangkatan alat untuk
mengurangi sebanyak
mungkin waktu berbelok karena pada waktu diangkat alat itu tidak
bekerja. Oleh karena itu harus diusahakan bajak atau garu tetap bekerja selama
waktu operasi di lapangan. Makin banyak pengangkatan alat
pada waktu belok, makin rendah efesiensi kerjanya.
Pola pengolahan tanah yang banyak dikenal dan dilakukan
adalah pola bolak-balik rapat, pola berkeliling,
pola spiral,
pola tepi, pola tengah, dan pola alfa. Pola spiral paling
banyak digunakan karena pembajakan dilakukan terus menerus
tanpa pengangkatan alat (Rizaldi, 2006
didalam Mardinata dkk. 2014).
Prayudyanto dkk. (2008) didalam Mardinata dkk. (2014), menyatakan bahwa kecepatan kendaraan
dan konsumsi BBM mempunyai hubungan yang
kuat.
Semakin cepat maju traktor maka konsumsi BBM
akan semakin
meningkat pula. Tingginya kecepatan traktor
dikarenakan
piston lebih banyak membakar BBM. Semakin
banyak BBM
yang dibakar maka semakin banyak tenaga
yang
dihasilkan sehingga semakin cepat kenderaan bergerak.
Tenaga penggerak yang diperlukan untuk mengoperasikan
traktor roda dua berasal dari pembakaran
solar.
Selain dengan menggunakan bahan bakar alternatif untuk
meningkatkan kualitas kinerja pada traktor roda dua, maka dapat
juga dilakukan dengan pengefesienan penggunaan
bahan bakar
pada traktor tangan tersebut. Oleh karena itu
perlu
penelitian untuk mengetahui berapa komsumsi bahan
bakar
(solar) pada traktor dalam mengolah tanah. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menghitung besarnya kebutuhan
bahan bakar
dan kapasitas kerja traktor tangan dengan alat
pengolah
tanah bajak singkal tunggal dengan variasi berbagai kedalaman
pembajakan dan kecepatan pengolahan tanah.
Untuk mendukung ketahanan pangan dan
pengembangan agribisnis, pembangunan
pertanian
diarahkan pada lahan-lahan yang berada di luar pulau Jawa, karena
luas lahan masih sangat memungkinkan untuk dikembangkannya usahatani.
Kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi peningkatan
alih fungsi lahan subur untuk berbagai keperluan non pertanian maupun
permintaan akan hasil pertanian adalah mengembangkan pertanian pada
lahan marjinal seperti lahan pasang surut (Mulyana. 1992
didalam Umar. 2013). Masalah
utama dalam pengembangan pertanian di lahan pasang surut adalah terbatasnya modal dan
tenaga kerja. Alternatif pemecahan masalah tersebut adalah mengembangkan alat dan
mesin pertanian (alsintan) pra dan pascapanen tepat guna
(Ananto. 2001
didalam Umar. 2013).
Saat ini hampir semua teknologi mekanisasi pertanian
yang ditemukan dan dibuat sudah dikenal, diketahui dan digunakan oleh para petani
kita seperti hand tractor,
pompaair, power thresher (mesin
perontok), bed dryer (mesin
pengering), Rice Milling Unit (RMU/Huller)
dan lain-lain. Persoalannya adalah hampir semua teknologi
tersebut dibuat atau diperuntukkan untuk usahatani padi.
Umumnya pertanian di Indonesia masih
didominasi
oleh usahatani padi, sehingga kebijakan mekanisasi pertanian kita
masih berorientasi pada usahatani padi tersebut.
Selain untuk meningkatkan luas garapan dan
intensitas tanam, alsintan berperan
juga untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani, menekan
kehilangan hasil dan meningkatkan mutu dan nilai tambah produk
pertanian serta memperluas kesempatan
kerja di
pedesaan melalui terciptanya agribisnis terpadu yang pada
akhirnya akanmemacu kegiatan ekonomi di pedesaan
(Manwan dan
Ananto. 1994
didalam Umar. 2013).
Penggunaan traktor saat ini sudah menjadi kebutuhan
utama petani untuk mengolah tanah, mengingat pengolahan tanah
dengan tenaga buruh dianggap menjadi semakin mahal
seiring dengan kurangnya ketersediaan
tenaga kerja
karena telah beralih profesi ke non pertanian serta meningkatnya
upah buruh disamping lamanya waktu pengolahan tanah. Kekurangan
tenaga kerja yang disertai dengan
naiknya upah
tersebut mendorong petani untuk menggunakan tenaga traktor.
Pengolahan
tanah terhadap setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang ditujukan
menciptakan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tujuan utama
pengolahan tanah adalah menyediakan tempat tumbuh bagi benih, menggemburkan
tanah pada daerah perakaran, membalikkan tanah sehingga sisa-sisa tanaman
terbenam di dalam tanah dan memberantas gulma.
Bajak pada
prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul. Bajak berguna untuk
memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah. Dalam pembajakan tanah
biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan ketebalan lapisan tanah atas.
Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman padi lebih kurang 18cm bahkan ada
tanah yang harus dibajak lebih dalam lagi sekitar 20 cm (Smith dan Wilkes. 1990 didalam Butar butar dkk. 2015).
Ada dua macam
kapasitas pengolahan tanah yaitu kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang
efektif. Kapasitas lapang teoritis adalah kemampuan kerja suatu alat di dalam suatu bidang tanah, jika mesin berjalan
maju sepenuh waktunya (100% )
dan alat tersebut bekerja dalam lebar maksimum (100% ). Waktu teoritis untuk setiap luasan
adalah waktu yang digunakan untuk kapasitas lapang teoritis. Kapasitas lapang
efektif atau aktual adalah rata-rata dari kemampuan kerja alat di lapangan
untuk menyelesaikan suatu bidang tanah. Kapasitas dari alat-alat pertanian
dapat dinyatakan dalam acre perjam atau hektar per jam (Daywin. et
al. 2008 didalam Butar butar dkk. 2015). Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh informasi pengolahan lahan sawah dengan
menggunakan traktor roda dua, menghitung kapasitas lapang efektif, efisiensi
lapang, konsumsi bahan bakar, dan biaya produksi untuk pengolahan lahan dengan
beberapa alat pengolahan tanah sawah.
III. BAHAN DAN METODE
3.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilakukan setiap hari jum’at, pukul 15.30 s/d 17.30 WIB di setiap minggu ganjil.
Tempat yang digunakan pada praktikum
ini adalah di Laboratorium Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Jambi.
3.2. Alat dan Bahan
Adapaun
alat yang digunakan adalah traktor tangan, implement bajak singkal, meteran,
stopwatch dan patok. Bahan yang digunakan adalah petakan lahan untuk percobaan
dan bahan bakar.
3.3.
Prosedur Praktikum
a. Dientukan luas lahan (A; m2)
1.
Dibuat
petakan lahan untuk melakukan percobaan.
2.
Diukur
panjang (p, m) dan lebar (l, m) dari petakan lahan dengan meteran
3. Dihitung luas petakan lahan
tersebut (A; m2) dengan rumus :
A = p x l (1)
b. Ditentukan kecepatan maju traktor (Vt; m/s)
1.
Dibuat
lintasan untuk melakukan percobaan sepanjang 20 m (s, m).
2.
Dibuat
patok dari awal sampai akhir pada lintasam traktor tersebut.
3.
Dihidupkan
traktor
4.
Dibuat
kecepatan maju traktor pada gigi Low-1.
5.
Disiapkan
stopwatch untuk melakukan pengukuran waktu (t; s)
6.
Dijalankan
traktor dari patok awal hingga patok akhir
7.
Dicatat
waktu tempuh traktor sepanjang lintasan 20 m tersebut.
8.
Diulang
percobaan tersebut 3 kali.
9. Dihitung kecepatan traktor (Vt,
m/s) dengan rumus :
Vt = s (2)
t
c. Ditentukan kapasitas lapangan teoritis (KLT, ha/jam)
1.
Ditentukan
jenis alat/implement pengolahan tanah pertama.
2.
Diukur
panjang dari implement pengolahan tanah pertama (Lt, m)
3. Dihitung kapasitas lapangan
teoritis (KLT, ha/jam) dengan rumus :
KLT = 3600 x Lt x Vt (3)
10000
d. Ditentukan kapasitas lapangan aktual (KLA, ha/jam)
1.
Dibuat
petakan lahan untuk melakukan percobaan.
2.
Dihitung
luasnya seperti pada prosedur A.
3.
Dibuat
patok dari luas lahan yang kan diolah.
4.
Dipasang
implement pengolahan pertama pada traktor
5.
Dihidupkan
traktor
6.
Dibuat
kecepatan maju traktor pada gigi Low-1.
7.
Disiapkan
stopwatch untuk melakukan pengukuran waktu selama traktor melakukan pengolahan
pada luasan tanah tersebut (T; s)
8. Dijalankan traktor pada luasan
lahan tersebut
9.
Dicatat
waktu pengolahan tanah menggunakan traktor pada luasan lahan tersebut (T;
s).
10. Dihitung kapasitas lapangan aktual
(KLA, ha/jam) dengan rumus :
KLE = A (4)
T
e. Dihitung
efisiensi lapangan (η, %)
Efisiensi lapangan
(η, %) dapat dihitung dengan rumus :
η = KLE x 100% (5)
KLT
f. Dihitung slip roda traktor (S, %)
1.
Dibuat
lintasan untuk melakukan percobaan sepanjang 20 m (s, m).
2.
Dipasang
implement pengolahan pertama pada traktor
3.
Diukur
diameter roda traktor (Droda; m)
4.
Ditandai
roda traktor pada salah satu sisi roda
5.
Dihidupkan
traktor
6.
Dibuat
kecepatan maju traktor pada gigi Low-1.
7.
Dioperasikan
traktor dan perhatikanlah tanda yang telah diberi pada roda traktor
8.
Setiap tanda yang telah diberi pada roda traktor
melakukan rotasi 360°, diberi
tanda di lahan percobaan.
9.
Diukur
panjang lintasan roda yang telah melakukan rotasi 360° (La, m)
10. Dilakukan disepanjang lintasan 20
m.
11. Slip roda (S,
%) dihitung dengan rumus :
S = (π x Droda) – La x 100 % (6)
La
g. Dihitung luas lahan (A,
m2), kecepatan masju traktor (Vt, m/s), kapasitas lapangan teoritis (KLT,
ha/jam), kapasitas lapangan aktual (KLA, ha/jam), efisiensi lapangan (η,
%) dan slip traktor (S, %) dari data dibawah ini.
Lebar bajak : 50 cm
Waktu untuk menempuh jarak 20 m
: 56.83 s, 55.01 s, 64.30 s.
Waktu untuk meyelesaikan lahan
tersebut adalah 06:03 menit.
Diameter roda traktor adalah 58
cm.
Panjang
lintasan roda yang telah melakukan rotasi 360° sebanyak 1 kali adalah : 315.24
cm, 314,78 cm, 315,90 cm.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Waktu
mulai : 14 : 11 : 00
Waktu
selesai : 14 : 13 : 57
Panjang
kerja : 20 M
Lebar
kerja : 1.5 M
Alur
|
Lebar
kerja
|
Waktu
tempuh (20m)
|
Waktu
belok
|
Kecepatan
maju
|
1
|
1.5
m
|
23.00
|
8.65
|
0.870
|
2
|
1.5
m
|
24.35
|
12.30
|
0.821
|
3
|
1.5
m
|
26.78
|
12.96
|
0.747
|
4
|
1.5
m
|
32.43
|
12.80
|
0.617
|
5
|
1.5
m
|
24.52
|
-
|
0.816
|
Total
|
7.5
m
|
|
46.71
|
0.7734
|
Ditentukan : a. Kapasitas lapang efektif
b. Kapasitas lapang
teoritis
c. Efisiensi lapang
d. Slip
Penyelesaian :
·
Luas lahan (A) = Panjang kerja x Lebar kerja
= 20 M x 7.5 M
= 150 M2
= 150 M2 : 10.000 = 0.015 ha
·
Waktu kerja (T) = Waktu selesai – Waktu mulai
= 14 : 13 : 57 – 14 : 11 : 00
= 2 menit : 57 detik
= 0.033 : 0.015
=
0.048 detik
a.
Kapasitas lapang efektif (KLE)
KLE = A
T
= 0.015
0.048
= 0.3125 ha/jam
b.
Kapasitas lapang teoritis
KLT = 3600 x Lt x Vt
10.000
= 3600 x 1.5 x 0.773
10.000
= 4174.2
10.000
= 0.417 ha/jam
c.
Efesiensi lapang
µ = KLE x 100%
KLT
= 0.3125 x 100%
0.417
= 0.748 x 100%
= 74.8
Diameter roda
traktor adalah 29.2 cm. Panjang lintasan roda yang telah melakukan rotasi 360
diputar 5 kali adalah 310.12 cm, 308.88 cm, 309.90 cm. Hitunglah slip dari alat
pengolahan tanah tersebut !
Penyelesaian :
Dik :
Diameter roda : 29.2 cm
r. rata-rata :
14.6 cm
La :
310.12 cm
:
308.88 cm
:
309.90 cm
Dit :
Slip... ?
Peny :
310.12 cm + 308.88 cm + 309.90 cm
3
La = 309.63 cm
K = 2 x π x r
= 2 x 3.14 x 14.6
= 91.688 cm x 5
= 458.44 cm
Slip = Keliling – La
La
= 458.44 – 309.63 x 100
%
309.63
= 48.06 %
4.2.
Pembahasan
Dari hasil perhitungan, didapat
nilai kapasitas lapang efektif adalah 0.3125 ha/jam. Nilai ini menunjukkan
bahwa alat pengolahan tanah yang digunakan cukup efektif. Apabila waktu semakin
cepat, maka mesin pengolahan tanah yang digunakan dapat dikatakan efektif untuk
meyelesaikan pekerjaan pengolahan tanah.
Pada perhitungan
kapasitas lapang teoritis didapatkan hasil dari perhitungan KLE = 3600 x Lt
(Lebar kerja) x Vt (Kecepatan maju) / 10000, sehingga diperoleh hasil 0.417
ha/jam.
Pada efisiensi
lapang pengolahan tanah didapatkan hasil dengan persentase 75%. Ini diperoleh
dengan cara perbandingan antara kapasitas lapang teoritis (KLT) dengan
kapasitas lapang efektif (KLE). Hasil yang didapatkan adalah 75% dengan cara
menggunakan rumus (kapasitas lapang efektif (KLE) / kapasitas lapang teoritis
(KLT) x 100%). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa efesiensi lapang
pengolahan tanah hanya tergantung dari kapasitas lapang efektif dan kapasitas
lapang teoritis.
Dan pada slip
roda, didapatkan hasil perhitungan dengan 5 kali slip putaran roda. Hasil yang
diperoleh adalah 75% yang menunjukkan bahwa kondisi baik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Yunus (2004) yang menyatakan bahwa kondisi efisiensi 53.26% sangat
rendah. Efisiensi suatu traktor tergantung dari kapasitas lapang teoritis dan
kapasitas lapang efektif (Yunus 2004).
Ada dua
macam kapasitas pengolahan tanah yaitu kapasitas lapang teoritis dan kapasitas
lapang efektif. Kapasitas lapang teoritis adalah kemampuan kerja suatu alat di
dalam suatu bidang tanah, jika mesin berjalan maju sepenuh waktunya (100% ) dan
alat tersebut bekerja dalam lebar maksimum (100% ). Waktu teoritis untuk setiap
luasan adalah waktu yang digunakan untuk kapasitas lapang teoritis. Kapasitas
lapang efektif atau aktual adalah rata-rata dari kemampuan kerja alat di
lapangan untuk menyelesaikan suatu bidang tanah. Kapasitas dari alat-alat
pertanian dapat dinyatakan dalam acre perjam atau hektar per jam (Daywin,et al, 2008).
V. KESIMPULAN
1.
Nilai kapasitas lapang efektif dari alat
pengolahan tanah pertama adalah 0.3125 ha/jam, untuk nilai kapasitas lapang
teoritis adalah 0.417 ha/jam, dan untuk slip pada roda traktor adalah 2.14%.
2.
Efisiensi penggunaan alat pengolahan
tanah pertama adalah 75% yang erarti baik.
3.
Slip pada roda traktor pada pengolahan
tanah pertama adalah 2.14%.
DAFTAR PUSTAKA
Ivan
Yolessa Butar Butar. Lukman Adlin Harahap. Saipul Bahri Daulay. 2015. Efisiensi
Lapanag dan Biaya Produksi Beberapa Alat Pengolahan Tanah Sawah di Kecamatan
Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Keteknikan Pertanain. Vol. 3. No. 3. 382-388.
Mardinata,
Zulias. Zulkifli. 2014. Analisis Kapasitas Kerja dan Kebutuhan Bahan Bakar
Traktor Tangan Berdasarkan Variasi Pola Pengolahan Tanah, Kedalaman Pembajakan
dan Kecepatan Kerja. Jurnal AGRITECH. Vol. 34. No. 3. 354-358.
Umar,
Sudirman. 2013. Pengelolaan dan Pengembangan Alsintan Untuk Mendukung Usahatani
Padi di Lahan Pasang Surut. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 8. No. 2. 37-48.
Wirasantika
B.Wahyunanto,A, N. Bambang, D, A. 2015. Uji Kinerja Traktor Roda Empat Tipe
Iseki TG5470 Untuk Pengolahan Tanah Menggunakan Bajak Rotary Pada Lahan Lempung
Berpasir. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. Vol. 3. No. 2.
148-153.
Wirosoedarmo,
Ruslan. 2006. Pengaruh Kandungan Air Tanah dan Putaran Bajak Rotary Terhadap
Karakteristik Tanah Terbajak. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 7. No. 2.
106-112.
Halo, saya Helena Julio dari Ekuador, saya ingin berbicara tentang Layanan Pendanaan Le_Meridian tentang topik ini.Le_Meridian Layanan Pendanaan memberi saya dukungan keuangan ketika semua bank di kota saya menolak permintaan saya untuk memberi saya pinjaman 500.000,00 USD, saya mencoba semua yang saya bisa untuk mendapatkan pinjaman dari bank-bank saya di sini di Ekuador tetapi mereka semua menolak saya karena kredit saya rendah tetapi dengan rahmat Tuhan saya jadi tahu tentang Le_Meridian jadi saya memutuskan untuk mencoba mengajukan permohonan pinjaman. dengan insya Allah mereka memberi saya pinjaman 500.000,00 USD permintaan pinjaman yang ditolak bank-bank saya di sini di Ekuador, sungguh luar biasa melakukan bisnis dengan mereka dan bisnis saya berjalan dengan baik sekarang. Berikut adalah Email Investasi Pendanaan Le_Meridian / Kontak WhatsApp jika Anda ingin mengajukan pinjaman dari mereka.Email:lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.comWhatsApp Contact: 1-989-394-3740.
BalasHapuslaporannya lengkap dan sangat rapi
BalasHapusbeli e money di alfamart