I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia saat ini sebagian besar
masih mengandalkan dari sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil dan
sedikit sekali penggunaan sumber energi terbarukan sehingga tidak dapat dipungkiri
lagi permasalahan yang timbul akibat penggunaan sumber energi tersebut masih
dirasakan masyarakat Indonesia. Komposisi konsumsi energi nasional saat ini
adalah BBM: 52,50%; Gas: 19,04%; Batubara: 21,52%; Air: 3,73%; Panas Bumi:
3,01%; dan Energi Baru: 0,2%.
Kondisi demikian terjadi sebagai akibat dari kebijakan
subsidi masa lalu terhadap bahan bakar minyak dalam upaya memacu percepatan
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) permintaan
akan energi listrik pada tahun 2001 adalah 6,4 %, kemudian pada tahun 2002
menjadi 12,8 %. Pada tahun 2005 dilaporkan telah terjadi krisis energi yakni
defisit listrik di Sumatera dan Jawa lebih dari 75 MW, Sulawesi sekitar 24 MW,
wilayah lainnya dibawah 10 MW. Sebagai contoh, energi listrik yang dihasilkan
tidak cukup tersedia dan belum bisa tersebar merata ke seluruh daerah sampai
pelosok negeri, terbukti dengan masih banyak masyarakat di daerah terpencil
ataupun masyarakat yang tinggal di daerah pulau terkecil belum dapat menikmati
energi listrik akibat sulitnya membangun jaringan listrik.
Permintaan energi di Indonesia cenderung meningkat
pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Berdasarkan
data dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) permintaan akan energi listrik
terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001, terjadi kenaikan
permintaan listrik sebesar 6,4%, disusul tahun 2002 menjadi 12,8%.
Diprediksikan sepuluh tahun kedepan, kenaikan permintaan menjadi 9% setiap
tahunnya. Ironisnya, sumber energi konvensional berupa energi fosil yang
merupakan sumber energi utama di Indonesia semakin terbatas cadangannya.
Sampai tahun 2009, sebagian besar kebutuhan tenaga
listrik di Indonesia masih dipasok dari pembangkit listrik berbahan bakar
fosil. Minyak Bumi masih menduduki peringkat tertinggi, yaitu 51,66%. Gas alam
menduduki tingkat kedua, yakni 28,57%. Sisanya dipasok dari energi minyak
sebesar 15,34% dan energi terbarukan 4,43%. Ketergantungan terhadap konsumsi
energi berbahan bakar fosil dan belum termanfaatkannya sumber energi baru
terbarukan merupakan salah satu kelemahan dalam menerapkan pemerataan kebijakan
energi.
Langkah yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi
kelangkaan/krisis energi di Indonesia antara lain melalui Kebijakan Energi Nasional,
Cetak Biru Pengelolaan Energi Nasional 2005 - 2025, Kebijakan Strategis
Nasional Pembangunan Iptek, serta Kebijakan Nasional Eksploitasi Laut yang
menekankan sustainabilitas energi melalui penciptaan dan pemanfaatan sumber
energi terbarukan. Pada Blue Print Energy Management, manajemen energi akan
dioptimalkan, sehingga pada tahun 2025 komposisi energi diharapkan menjadi 33%
batubara, 30% gas, 20% minyak bumi dan 17% energi baru terbarukan.
Salah satu langkah kebijakan Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (KESDM) dalam menjawab isu nasional mengenai energi dengan
diversifikasi energi adalah penganekaraga-man penyediaan dan pemanfaatan
berbagai sumber energi baru, salah satunya adalah sumber energi kelautan.
Indonesia dengan total luas lautan hampir 8 juta km2 berusaha untuk
mening-katkan inventarisasi sumberdaya non hayati dimana salah satunya berupa
potensi energi arus laut. Karena lingkungan tektoniknya yang spesifik,
Indonesia memerlukan perhatian khusus dalam mengkaji kapasitas data kelautannya.
Oleh karena itu penelitian geosaintifik kelautan di Indonesia boleh dikatakan
masih merupakan hal yang baru.
1.2. Tujuan
Karya tulis ini bertujuan memberikan alternatif energi
yang ramah lingkungan, dengan
memanfaatkan air laut sebagai energi terbarukan.
1.3. Manfaat
Agar masyarakat mengetahui tentang pemanfaatan air
dan laut untuk dijadikan energi terbarukan dan bisa menerapkannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gelombang Laut
Gelombang laut merupakan energi dalam transisi, merupakan
energi yang terbawa oleh sifat aslinya. Prinsip dasar terjadinya gelombang laut adalah sebagai
berikut (waldopo,2008): ” Jika ada dua massa benda yang berbeda kerapatannya ( densitasnya) bergesekan satu sama lain, maka pada bidang geraknya akan terbentuk gelombang. ” Gelombang merupakan
gerakan naik turunnya air
laut. Hal ini seperti ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Gambar
pergerakan air laut. (Sumber: Waldopo ,2008)
Gelombang permukaan merupakan gambaran yang sederhana untuk
menunjukkan bentuk dari suatu energi lautan. Gejala energi gelombang bersumber pada
fenomena-fenomena sebagai berikut :
·
Benda (body) yang
bergerak pada atau dekat permukaan
yang menyebabkan terjadinya gelombang
dengan periode kecil, energi kecil pula.
·
Angin merupakan sumber penyebab utama gelombang lautan.
·
Gangguan seismik yang menyebabkan terjadinya gelombang pasang
atau tsunami. Contoh gangguan
seismik adalah: gempa bumi, dll.
·
Medan gravitasi bumi dan bulan penyebab gelombang-gelombang besar, terutama menyebabkan
gelombang pasang yang tinggi.
Selanjutnya gelombang laut ditinjau dari
sifat pengukurannya
dibedakan menurut ketinggian serta periode alunannya. Dari kebanyakan data yang ada, tinggi gelombang
lautan dapat diukur melalui alat ukur gelombang ataupun dengan cara visual dengan melakukan pengamatan
langsung di lapangan. Gelombang
laut sukar dijabarkan dengan pasti, tetapi dapat diformulasikan dengan pendekatan. Berbagai macam teori
pendekatan digunakan untuk memberikan
informasi ilmiah tentang sifat gelombang lautan pada suatu tingkat fenomena yang aktual. Suatu teori
sederhana tentang gelombang lautan
dikenal sebagai teori dari Airy atau teori gelombang linier. Selanjutnya para ahli membedakan sifat gelombang laut
sebagai gelombang linier dan gelombang non-linier.
2.2. Pengaruh Angin
Angin adalah sumber utama terjadinya gelombang lautan.
Dengan demikian tinggi gelombang,
periode, dan arah gelombang selalu berhubungan dengan kecepatan dan arah angin. Angin dengan
kecepatan rendah akan menyebabkan
kecilnya tinggi gelombang dan rendahnya periode gelombang yang terjadi, sedangkan angin yang
kuat dan angin ribut akan menyebabkan
variasi tinggi serta periode gelombang serta mengarah ke berbagai penjuru. Pada kondisi angin yang baik,
gelombang laut dapat diobservasi secara random, baik untuk tinggi, periode, maupun arahnya. Angin
memberikan pengaruh yang besar terhadap terjadinya gelombang laut sehingga
efisiensi hampir semua pesawat
konversi energi gelombang laut
dipengaruhi oleh frekuensi angin yang terjadi sepanjang tahun pada suatu zone lautan tertentu. Sesuai dari hasil dapat
disimpulkan pemanfaatan energi tenaga angin dapat terus dimanfaatkan pada musim
barat. Kemudian pada pola musiman lainnya dapat dimanfaatkan oleh pemanfaatan
energi lainnya yaitu arus, gelombang dan pasang surut air laut sebagai
pembangkit energi listrik skala kecil maupun besar. Gambar 2 menunjukkan
suatu spektrum periode gelombang
untuk berbagai variasi kecepatan angin.
Gambar 2. Spektrum periode gelombang untuk berbagai kecepatan angin
2.3. Mesin Konversi Energi Gelombang Laut
Energi gelombang laut dapat dimanfaatkan
untuk menggerakkan
pesawat-pesawat yang nantinya bermanfaat demi kesejahteraan manusia. Upaya untuk memanfaatkan
energi gelombang laut telah banyak
dilaksanakan baik dengan konsep yang sederhana maupun yang canggih. Sejumlah percobaan telah
dilaksanakan oleh para ahli di bidang gelombang laut dan telah ditemukan beberapa konsep pemanfaatannya,
diantaranya :
a.
Konsepsi yang sederhana:
•
Heaving and pitching bodies
•
Cavity resonators
•
Pressure device
•
Surging wave energy conventors
•
Particel motion convertors
•
Float wave-power machine
•
The dolphin type wave power generators
b.
Konsepsi yang lebih tinggi:
•
Salter’s nodding duck
•
Cockerell’s rafts
•
Russel rectifier
•
Wave focusing techniques
2.4. Turbin
Turbin merupakan bagian penting dalam suatu pembangkit tenaga
listrik. Pada pembangkit listrik tenaga gelombang laut ini jenis turbin yang digunakan ada dua
jenis turbin yang banyak digunakan
yaitu turbin air dan turbin udara. Dimana turbin air menggunakan media air sebagai fluida kerjanya. Sedangkat
turbin udara mengunakan udara sebagai fluida kerjanya. Jenis turbin air biasanya digunakan pada pembangkit listrik
tenaga gelombang laut
yang menggunakan teknologi buoy tipe dan teknologi overtopping devices. Sedangkan
jenisturbin udara dipakai pada pembangkit listrik tenaga gelombang laut yang
menggunakan teknologi oscilatting water column.
Jenis turbin udara (wells turbine) yang digunakan pada PLTGL-OWC ini adalah unidirectional wells turbine. Dimana turbin ini terdiri dari 2 jenis ukuran turbin, hal ini disesuaikan
dengan prinsip kerja 2 arah
pada PLTGL-OWC. Dua buah turbin
ini diatur dengan kemiringan posisi bidang turbin yang berlawanan, sehingga nantinya pada pergerakan udara
keluar masuk chamber dihasilkan arah putaran yang
sama. Kemudian dari perputaran turbin inilah nantinya akan dikopel dengan
generator sehingga dapat
menghasilkan daya listrik.
2.4.1 Cara kerja PLT gelombang laut
Dalam sistem pembangkitan tenaga gelombang laut, ada beberapa
peralatan penting yang sangat berperan mulai dari awal proses pembangkitan hingga tenaga
listrik dihasilkan yang nantinya tenaga listrik tersebut akan disalurkan kepada para konsumen.
Peralatan-peralatan tersebut adalah:
a)
Mesin konversi energi gelombang laut
Berfungsi untuk menyalurkan energi kinetik
yang dihasilkan oleh
gelombang laut yang kemudian dialirkan ke turbin.
b)
Turbin
Berfungsi untuk mengubah energi kinetic gelombang menjadi
energi mekanik yang dihasilkan
oleh perputaran rotor pada turbin.
c)
Generator
Di dalam generator ini energi mekanik dari
turbin dirubah kembali
menjadi energi listrik atau boleh dikatakan generator ini sebagai pembangkit tenaga listrik. Sistem pembangkitan
pada pembangkit listrik tenaga
gelombang ini dapat dijelaskan melalui skema dibawah ini.
Pertama-tama aliran gelombang laut yang mempunyai energi
kinetik masuk kedalam mesin konversi
energi gelombang. Kemudian dari mesin konversi aliran gelombang yang mempunyai energy kinetik ini
dialirkan menuju turbin. Di dalam turbin ini, energi kinetik yang dihasilkan gelombang digunakan untuk
memutar rotor. Kemudian dari perputaran rotor inilah energi mekanik yangkemudian
disalurkan menuju generator. Di dalam generator, energi mekanik ini dirubah menjadi
energy listrik (daya
listrik). Dari generator ini, daya listrik yang dihasilkan dialirkan lagi menuju sistem
tranmisi (beban) melalui
kabel laut. Daya listrik yang disalurkan melalui kabel laut ini adalah daya
listrik arus searah (DC).
2.5. PLTGL-OWC
OWC merupakan salah satu sistem dan peralatan yang dapat mengubah
energi gelombang laut menjadi energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat OWC ini akan
menangkap energi gelombang fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam ruang OWC, kemudian tekanan
udara ini akan menggerakkan baling-baling
turbin yang dihubungkan dengan generator listrik sehingga menghasilkan listrik
2.5.1 Teknologi oscilatting water
column (OWC)
Pada teknologi OWC ini, digunakan tekanan udara dari ruangan
kedap air untuk menggerakkan whells turbine yang nantinya
pergerakan turbin ini digunakan
untuk menghasilkan energi listrik. Ruangan kedap air ini dipasang tetap dengan
struktur bawah terbuka ke
laut. Tekanan udara pada ruangan kedap air ini disebabkan oleh pergerakan naik-turun dari permukaan
gelombang air laut. Gerakan gelombang
di dalam ruangan ini merupakan gerakan compresses dan gerakan decompresses yang ada di atas tingkat air di
dalam ruangan. Gerakan ini mengakibatkan,
dihasilkannya sebuah alternating streaming kecepatan tinggi dari udara. Aliran udara ini didorong melalui pipa ke turbin generator yang digunakan untuk
menghasilkan listrik. Sistem OWCini dapat ditempatkan permanen di pinggir
pantai atau bisa juga
ditempatkan di tengah laut. Pada sistem yang ditempatkan di tengah laut, tenaga
listrik yang dihasilkan dialirkan
menuju transmisi yang ada di
daratan menggunakan kabel laut.
2.5.2 Kerapatan energi yang dihasilkan PLTGL OWC
Dalam menghitung besarnya energy gelombang laut
dengan metode oscilatting water column (OWC), hal yang pertama yang harus diketahui adalah ketersediaan akan energi gelombang laut. Total energi
gelombang laut dapat diketahui dengan menjumlahkan besarnya energi kinetik dan energi potensial
yang dihasilkan oleh gelombang laut tersebut. Energi potensial adalah energi yang ditimbulkan oleh
posisi relatif atau konfigurasi gelombang laut pada suatu sistem fisik. Bentuk energi ini memiliki
potensi untuk mengubah keadaan objek-objek lain di sekitarnya, contohnya, konfigurasi atau
gerakannya.
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kebutuhan energi semakin meningkat seiring pertambahan
jumlah penduduk sehingga
diperlukan sumber energy alternatif
yang ramah lingkungan. Salah
satu sumber energi yang ramah lingkungan dan murah adalah pemanfaatan air dan laut.
3.2. Saran
Tulisan ini masih memerlukan kajian lebih lanjut agar pemanfaatan
energi air dan laut dapat digunakan secara luas dan menghasilkan energi yang lebih maksimal. Perlu
perbandingan secara kualitatif
dan kuantitatif antara setiap bahan yang dapat menghasilkan energi yang cukup.
DAFTAR
PUSTAKA
Clearesta, E., Julianto, A., Afifah, H., Nurguritno, M.,
Wahyuningsih, P., Kurniasih, S. Jemira, Y. R., Dian, T. J. 2010. Konversi
Energi-Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Laut. Majalah Energi-Sustainable
Energy Monthly Magazine.
Harahap, 2006. Analisis Pemanfaatan Sumberdaya Energi Alternatif
Untuk Penyediaan Energi Masyarakat Di Sumatera Utara. Badan Penelitian dan
Pengembangan. Sumatera Utara. 2006.
Partowidagdo dkk, 2000. Agenda 21 Sektor Energi Meningkatkan
Kualitas Hidup Manusia Indonesia Melalui Pembangunan Sektor Energi Yang
Berkelanjutan. Hal. 24-28. Jakarta, 2000.
Setiawan dkk, 2010. Studi Awal Kebutuhan Energi Listrik dan
Potensi Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan di Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Soebyakto dan Pranowo. 2010. Studi Potensi Energi Listrik Tenaga
Ombak, Pasang Surut, dan Arus Laut (Studi Kasus di Pantai Tegal). Paper
Program Studi Magister Teknik Mesin, Universitas Pancasila, Jakarta.
Yuningsih, A., Masduki, A., Rachmat, B. Penelitian
Potensi Energi Arus Laut sebagai Sumber Energi Baru Terbarukan di Perairan
ToyaPakeh, Nusa Penida, Bali. Jurnal Geologi Kelautan Vol 8, No. 3,
Desember.
lengkap sekali infonya kak
BalasHapusmanfaat csr bagi masyarakat